PONTIANAK – Pengawasan terhadap anak di satuan pendidikan masih jadi tantangan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak. Salah satu contoh adalah kekerasan yang diakibatkan penyalahgunaan gawai dan media sosial. Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian menilai, setiap pelajar harus memiliki filter dalam menyelami dunia digital.
“Jika diperbolehkan juga, kami ingin guru-guru ikut mengawasi gawai yang dimiliki pelajar, tetapi tidak bisa karena terhalang aturan,” tuturnya, usai membuka Sosialisasi Pengawasan Penyalahgunaan Gawai dan Media Sosial, di Aula Rohana Muthalib Bappeda Kota Pontianak, Kamis (27/6).
Menurut Ani Sofian, penggunaan gawai di lingkungan sekolah perlu diawasi guru-guru dengan berbagai pertimbangan. Pengawasan dalam arti memahami kegiatan setiap anak saat menggunakan media sosial.
“Demi kemajuan masa depan anak-anak kita, kita harus bisa memeriksa gawai anak-anak kita. Jadi tidak hanya di sekolah tetapi juga dari rumah sendiri sudah diamati perilaku anak-anak kita,” ungkapnya.
Melalui ponsel cerdas, banyak ilmu positif yang bisa diserap anak-anak. Di saat yang sama informasi negatif juga bertebaran. Fungsi guru dan orang tua adalah memberikan benteng bagi anak-anak pelajar agar dapat menyaring setiap informasi.
“Sisi negatifnya juga banyak, kekerasan terhadap anak. Saya menyaksikan perilaku menyimpang di dunia nyata, karena terlalu banyak menyimak informasi negatif dan terlalu banyak menerima stimulasi tayangan-tayangan di gawai,” sebut Pj Wali Kota.
Tantangan ke depan semakin berat. Ani Sofian mengimbau, jangan sampai karena gawai, anak-anak pelajar saling berkonflik. Ia berharap, KPAD Kota Pontianak bisa berbagi tips dan cara komunikasi antara anak dan orang tua agar anak-anak punya penyaring informasi mandiri.
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id