Menurut data InaRisk, kota ini memiliki potensi risiko gempabumi dengan kategori sedang hingga tinggi.
Pelajaran dari gempa Cianjur, di mana kerusakan didominasi oleh rumah swadaya yang dibangun tanpa pendampingan teknis, menjadi pengingat pentingnya upaya mitigasi.
Kerusakan struktur masif hingga korban jiwa sering kali berasal dari bangunan yang tidak memenuhi kaidah tahan gempa.
Baca Juga: BNPB Serahkan 5.880 Bibit Pohon untuk Pemulihan Pascabencana di Kabupaten Purworejo
Untuk itu, para peserta tidak hanya belajar di dalam kelas. Mereka juga terlibat langsung dalam praktik lapangan untuk menerapkan instrumen Penilaian Kerentanan Bangunan yang dikembangkan BNPB.
Dengan pendampingan fasilitator, para mahasiswa melakukan simulasi di lokasi yang telah ditentukan, sejalan dengan semangat pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
BNPB menegaskan, kegiatan ini merupakan langkah awal dari upaya nasional untuk membangun sistem asesmen bangunan yang lebih partisipatif dan berbasis data lapangan yang akurat.
(*Red)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id