JAKARTA – Masyarakat di wilayah Jawa dan Sumatera perlu meningkatkan kewaspadaan menyusul peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Senin, 19 Agustus 2024, terkait potensi gempa Megathrust yang diprediksi dapat memicu tsunami besar di dua wilayah tersebut.
Peringatan ini disampaikan oleh Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, yang menekankan bahwa kondisi ini hanya tinggal menunggu waktu.
“Gempa di kedua segmen Megathrust ini sudah lama dinantikan, mengingat sudah ratusan tahun wilayah tersebut tidak mengalami gempa besar,” ujar Daryono.
BMKG mengidentifikasi dua segmen Megathrust yang memiliki risiko tinggi, yakni Seismic Gap Megathrust di Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Suberut.
Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, kedua segmen tersebut terakhir kali mengalami gempa lebih dari dua abad silam.
Megathrust Selat Sunda, dengan panjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun, tercatat pernah ‘pecah’ pada tahun 1699 dan 1780 dengan magnitudo 8,5.
Sementara itu, Megathrust Mentawai-Siberut, dengan panjang 200 km, lebar 200 km, dan slip rate yang sama, tercatat mengalami gempa pada tahun 1797 dengan magnitudo 8,7 dan pada tahun 1833 dengan magnitudo 8,9.
Dua megathrust tersebut masuk dalam zona seismic gap, yang merupakan zona sumber gempa potensial tetapi belum mengalami gempa besar dalam puluhan hingga ratusan tahun terakhir. Zona ini diduga sedang mengalami proses akumulasi medan tegangan atau stress pada kerak Bumi.
Kapan Prediksi Gempa Megathrust di Indonesia?
Megathrust merupakan pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi di zona subduksi, yaitu titik di mana satu lempeng meluncur ke bawah lempeng lain, yang biasanya ada di lautan.