Selesai Kerja Lebih Cepat Tapi Malah Merasa Bersalah? Ini 5 Alasan Psikologisnya

"Selesai kerja lebih cepat tapi malah merasa bersalah? Ini 5 alasan psikologis di baliknya, mulai dari hustle culture hingga imposter syndrome."
Selesai kerja lebih cepat tapi malah merasa bersalah? Ini 5 alasan psikologis di baliknya, mulai dari hustle culture hingga imposter syndrome. (Dok. Ist)

Faktakalbar.id, LIFESTYLE – Secara logika, menyelesaikan pekerjaan atau target lebih cepat dari tenggat waktu seharusnya menjadi pencapaian yang membanggakan.

Itu adalah tanda efisiensi, kompetensi, dan manajemen waktu yang baik.

Seharusnya, kita merasa lega, puas, dan bisa sedikit bersantai.

Namun, yang terjadi sering kali sebaliknya. Alih-alih merasa puas, muncul perasaan aneh: rasa bersalah.

Baca Juga: Demam Bikin Badan Pegal dan Mata Perih? Ini 4 Alasan Ilmiahnya

Kita mulai gelisah, memandang ke sekeliling meja (atau status online rekan kerja), dan merasa tidak nyaman dengan waktu luang yang tiba-tiba kita miliki.

Mengapa ini terjadi? Rasa bersalah ini adalah produk dari campuran tekanan sosial, budaya kerja, dan ekspektasi internal.

Berikut adalah 5 alasan psikologis mengapa kita sering merasa bersalah saat berhasil menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.

1. Terjebak Mitos “Sibuk Sama Dengan Produktif”

Banyak dari kita telah terkondisi oleh “hustle culture” atau budaya kerja gila-gilaan yang menyamakan kesibukan dengan produktivitas.

Kita diajari untuk percaya bahwa nilai kita sebagai pekerja diukur dari seberapa lama kita terlihat bekerja, bukan seberapa banyak hasil yang kita capai.

Ketika kita selesai lebih awal dan memiliki waktu luang, otak kita salah menerjemahkannya sebagai “kemalasan” atau “tidak produktif”, padahal faktanya kita justru sangat produktif.

2. Takut Dianggap Malas oleh Atasan

Ini adalah tentang optik atau citra.

Rasa bersalah sering kali berakar dari ketakutan akan penilaian orang lain, terutama atasan.

Kita khawatir jika terlihat santai atau tidak sibuk, atasan akan menganggap kita tidak memiliki inisiatif, kekurangan pekerjaan, atau pemalas.

Daripada menikmati hasil kerja efisien kita, kita malah sibuk memikirkan “teater kesibukan” bagaimana caranya agar tetap terlihat sibuk sampai jam pulang.

3. Merasa “Tidak Enak” dengan Rekan Kerja

Rasa bersalah ini bersifat sosial.

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id