Tidak hanya berfokus pada satu titik, Krisantus juga menekankan pentingnya perhatian pada alur sungai strategis lainnya untuk mendukung konektivitas antar pelabuhan.
“Kita tidak bisa hanya fokus di Sungai Kapuas saja. Muara-muara sungai lain seperti di Sintete dan Pelabuhan Kijing juga perlu dikeruk secara berkala.” jelas Krisantus.
Secara khusus, Wagub menyoroti potensi besar yang dimiliki Pelabuhan Kijing di Mempawah, yang diproyeksikan menjadi pelabuhan bertaraf internasional.
Namun, ia mengingatkan bahwa potensi tersebut tidak akan maksimal jika akses laut bagi kapal-kapal besar tidak segera dibenahi.
“Ketika Pelabuhan Kijing sudah beroperasi penuh, kita harus siap. Kapalnya sudah ada, infrastrukturnya hampir rampung. Tapi kalau jalur masuknya dangkal, ya percuma.” kata Krisantus.
Selain mendorong pengerukan Sungai Kapuas, Pemerintah Provinsi Kalbar juga menyiapkan rencana strategis untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Salah satu inovasi yang diungkapkan adalah dengan mengelola sedimen atau limbah hasil pengerukan, khususnya yang berasal dari limbah perkebunan sawit, untuk diolah menjadi komoditas bernilai jual.
“Kapal keruk memang dibutuhkan, tapi kita juga harus memikirkan keberlanjutan. Limbah hasil pengerukan, terutama dari limbah perkebunan sawit, bisa dimanfaatkan. Saat ini, kapal sudah siap, tinggal menunggu izin resmi untuk menjual limbah tersebut. Dari situlah nanti akan lahir tambahan PAD bagi Kalbar.” jelas Krisantus.
Inisiatif ini mendapat sambutan positif dari kalangan pelaku usaha dan pengusaha pelayaran.
Mereka berharap pemerintah daerah dapat segera berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan serta pihak terkait lainnya agar proyek pengerukan dapat segera direalisasikan.
Baca Juga: Jalan Tol Pontianak-Pelabuhan Kijing Mempawah Tak Lama Lagi
Dengan percepatan ini, Kalimantan Barat optimistis dapat memperkuat posisinya sebagai poros perdagangan maritim yang unggul di kawasan Borneo.
(*Red)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id