Penguatan Infrastruktur Dalam Penanganan Bencana

JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto, S. Sos., M.M., memberikan pemaparan di Kantor Kemenko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Jakarta, Selasa (14/1).

 

Dalam paparannya Kepala BNPB menjelaskan infrastruktur yang sesuai dapat mengurangi dampak dari kejadian bencana.

 

“Bencana geologi telah dilakukan mitigasi prabencana dengan bantuan Bank Dunia dan BMKG. Sekarang di sepanjang pesisir pantai yang diprediksi megathrust kami pasang alat, warganya dilatih dan ada rute evakuasinya,” kata Suharyanto.

 

“Sudah kami uji coba bersifat demonstrasi, berhasil tidaknya setelah adanya bencana, karena tentu saja kita sepakat mudah-mudahan gempa tidak terjadi,” lanjutnya.

 

Terkait penanganan infrastruktur pascagempa, Kepala BNPB menceritakan penanganan Cianjur 2022 silam yang telah selesai perbaikan infrastrukturnya berupa 80 ribu rumah.

 

“Cianjur 2 tahun selesai padahal yang harus diperbaiki 80 ribu rumah, untuk relokasi dilaksanakan Kementerian PKP, yang tidak relokasi atau tetap di situ (ditangani) oleh BNPB,” ucap Suharyanto.

 

Penanganan bencana vulkanologi atau erupsi gunung api juga dapat berjalan baik dengan adanya dukungan infrastruktur berupa sabo dam yang juga dapat diupayakan bersama kementerian dan lembaga lainnya sebagai bentuk kolaborasi pentaheliks

 

“BNPB bisa melaksanakan kegiatannya setelah gunung meletus karena BNPB sifatnya darurat. Yang paling penting sebelum terjadi bencana, untuk itu kami punya usulan dengan membangun sabo dam untuk menahan luncuran lahar dingin dan lahar panas tidak langsung menimpa masyarakat,” tuturnya.

 

Teranyar, BNPB masih terus mengupayakan terpenuhinya relokasi masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.