Data Kemiskinan Kalbar Maret 2025: Angka Turun Tipis, Tapi Kesenjangan Melebar dan “Jeratan” Pengeluaran Rokok Masih Tinggi

"Data BPS Maret 2025 tunjukkan kemiskinan Kalbar turun ke 6,16%. Namun, ketimpangan (Gini Ratio) meningkat dan pengeluaran rokok masih jadi beban utama warga miskin. "
Data BPS Maret 2025 tunjukkan kemiskinan Kalbar turun ke 6,16%. Namun, ketimpangan (Gini Ratio) meningkat dan pengeluaran rokok masih jadi beban utama warga miskin. (Dok. Mira/Faktakalbar.id)

Disparitas Desa-Kota dan Kualitas Kemiskinan

Penurunan kemiskinan di Kalbar juga tidak terjadi secara merata. Wilayah perdesaan tampak tertinggal dalam laju perbaikan ekonomi.

Penurunan persentase penduduk miskin di perkotaan tercatat lebih cepat, yakni turun 0,14 persen poin.

Sebaliknya, di perdesaan penurunannya berjalan lambat, hanya 0,04 persen poin.

Lebih jauh, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang mengukur seberapa jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan di perdesaan tercatat sebesar 1,096, jauh lebih tinggi dibandingkan perkotaan yang hanya 0,726.

Begitu pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), di mana angka perdesaan (0,317) hampir dua kali lipat lebih buruk dibandingkan perkotaan (0,153).

Data ini menegaskan bahwa kemiskinan di desa bukan hanya soal jumlah, tetapi juga soal kedalaman dan keparahan yang lebih akut dibandingkan di kota.

Lampu Kuning Ketimpangan (Gini Ratio)

Di tengah klaim penurunan angka kemiskinan, data BPS justru menyalakan “lampu kuning” pada indikator ketimpangan.

Gini Ratio Kalimantan Barat pada Maret 2025 naik menjadi 0,316, meningkat 0,002 poin dibandingkan September 2024.

Kenaikan ketimpangan ini terjadi baik di kota maupun di desa.

Gini Ratio perkotaan naik menjadi 0,348, sementara perdesaan naik menjadi 0,267.

Meskipun Kalbar masih dikategorikan sebagai provinsi dengan ketimpangan rendah menurut kriteria Bank Dunia (dimana 40% penduduk pengeluaran terendah menikmati 21,39% kue ekonomi), tren kenaikan Gini Ratio ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi belum dinikmati secara merata.

Orang kaya semakin melaju, sementara kelompok miskin mengalami perbaikan yang lambat.

Secara nasional, posisi Kalbar dengan tingkat kemiskinan 6,16 persen masih lebih baik dibandingkan rata-rata Indonesia yang berada di angka 8,47 persen.

Namun, dengan naiknya garis kemiskinan, tingginya beban pengeluaran rokok, serta melebarnya ketimpangan, angka statistik ini menyisakan pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah untuk memastikan ketahanan ekonomi warga benar-benar membaik secara substansial, bukan sekadar angka di atas .

Baca Juga: Ketimpangan Gender Kalbar 2024: Membaik di Atas Kertas, Namun “Tersandera” Pernikahan Dini dan Kesenjangan Kerja

(*Mira)

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id