Mengapa? Karena lingkungan tidak mendukung.
Pagi dan siang hari lebih terang, lebih berisik, dan suhu ruangan cenderung lebih hangat.
Faktor-faktor ini menghalangi Anda untuk masuk ke fase tidur dalam (NREM stage 3) dan REM, yaitu fase di mana tubuh melakukan perbaikan sel, detoksifikasi otak, dan konsolidasi memori.
Hasilnya, Anda mungkin tidur cukup lama, tetapi bangun dengan perasaan masih lelah, pusing, dan “mengambang” (groggy).
3. Memicu Risiko Penyakit Metabolik (Obesitas dan Diabetes)
Ritme sirkadian yang kacau (poin #1) berdampak langsung pada metabolisme Anda.
Saat Anda terjaga di malam hari, Anda cenderung makan pada jam-jam di mana sistem pencernaan Anda seharusnya beristirahat.
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa orang yang bekerja shift malam atau memiliki pola tidur terbalik memiliki sensitivitas insulin yang lebih buruk.
Tubuh mereka kesulitan mengolah gula darah secara efisien.
Ini, dikombinasikan dengan hormon lapar (Ghrelin) dan kenyang (Leptin) yang ikut kacau, secara signifikan meningkatkan risiko obesitas, sindrom metabolik, dan diabetes tipe 2.
4. Menurunkan Fungsi Otak dan Kesehatan Mental
Pernah merasa sulit fokus, pelupa, atau lebih emosional setelah begadang semalaman? Itu adalah dampak langsung dari kurangnya tidur berkualitas.
Saat tidur, otak “membersihkan” dirinya dari racun-racun metabolik yang menumpuk seharian.
Ketika Anda tidur di pagi hari (yang kualitasnya buruk), proses pembersihan ini tidak optimal.
Akibatnya, fungsi kognitif Anda menurun: konsentrasi buyar, kemampuan mengambil keputusan buruk, dan memori jangka pendek terganggu.
Secara jangka panjang, gangguan tidur kronis ini sangat terkait erat dengan peningkatan risiko gangguan kecemasan (anxiety), depresi, dan perubahan suasana hati yang drastis.
(*Mira)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















