Dalam sambutannya, Bupati Alexander Wilyo menekankan bahwa kejuaraan ini memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar ajang kompetisi olahraga.
“Kejuaraan ini bukan hanya sebagai ajang olahraga tradisional, tetapi sebagai panggung menjaga identitas dan kebanggaan budaya,” ujar Bupati saat membuka acara.
Ia menegaskan pentingnya menjaga tradisi seperti menyumpit agar tidak hilang ditelan zaman dan hanya menjadi cerita bagi generasi mendatang.
“Sumpit adalah senjata tradisional bangsa kita. Jika tidak kita lestarikan, ia akan tinggal cerita. Tradisi ini harus dipertahankan karena menyimpan kearifan lokal yang luar biasa,” tambahnya.
Makna Gelar Patih Jaga Pati sebagai Pemersatu
Lebih lanjut, Bupati menjelaskan bahwa gelar “Patih Jaga Pati” yang disandangnya bukanlah gelar politik, melainkan simbol pemersatu dan penghormatan terhadap warisan leluhur.
“Patih Jaga Pati adalah gelar kerajaan adat yang menjadi simbol persatuan dan penghormatan terhadap warisan leluhur,” terangnya.
Gelar ini, menurutnya, telah diakui dan didukung penuh oleh masyarakat Dayak dari berbagai latar belakang keyakinan, Dewan Adat Dayak (DAD), para domong mantir, serta masyarakat luas di wilayah adat Laman Sembilan Domong Sepuluh.
Baca Juga: Proyek Pemasangan Lampu Jalan di Ketapang Diduga Fiktif, Kejaksaan Lakukan Pemeriksaan
Tugas utamanya adalah untuk menjaga, memelihara, dan menegakkan adat istiadat.
“Sepanjang berkaitan dengan budaya dan adat bangsa kita, akan saya perhatikan, saya bela, dan saya junjung tinggi. Tidak hanya budaya Dayak, tetapi seluruh adat budaya bangsa Indonesia,” tegasnya.
Menghidupkan Kembali Budaya dan Permainan Rakyat
Semangat pelestarian warisan budaya tidak hanya tecermin melalui sumpit.
Bupati juga menyinggung tentang festival Pencak Silat Tradisional yang baru saja ditutup di Kampung Tanjungpura, yang menampilkan kekhasan budaya Melayu.
Menurutnya, menghargai budaya sendiri adalah cerminan bangsa yang besar.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati budayanya sendiri. Lebih baik kita menjunjung budaya asli bangsa kita, daripada terlalu mengagungkan budaya luar,” tuturnya.
Patih Jaga Pati Cup tahun ini juga menjadi wadah untuk menghidupkan kembali beragam permainan rakyat yang mulai tergerus oleh permainan modern di gawai pintar.
Baca Juga: Ketapang Luncurkan Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk Anak Sekolah
Berbagai cabang lomba dipertandingkan, mulai dari sumpit (kategori anak, dewasa, dan beregu), catur (dewasa dan junior), gaplek, remibox, hingga tarik tambang, panjat pinang, balap karung, dan makan kerupuk.
“Antusiasme masyarakat pada pembukaan ini membuktikan bahwa tradisi kita yang guyub, rukun, dan penuh kekeluargaan masih terjaga,” nilainya.
Sebagai penutup, Bupati Alexander Wilyo menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang mendukung acara ini dan berkomitmen untuk menjadikannya sebagai agenda tahunan.
“Saya ucapan terima kasih kepada Forkopimda, Ketua DPRD, Kapolres, Dandim, Danlanal, Ketua PN, Kajari, dan seluruh masyarakat yang hadir, serta memastikan Patih Jaga Pati Cup akan terus digelar tiap tahun sebagai ajang silaturahmi sekaligus benteng pelestarian budaya bangsa,” tutupnya.
(AF)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id