Faktakalbar.id, LIFESTYLE – Di Indonesia, banyak pria tumbuh dengan pelajaran yang tidak tertulis, jangan menangis, simpan emosi, dan jangan tunjukkan kelemahan.
Nilai-nilai budaya yang menempatkan maskulinitas sebagai kekuatan fisik dan keteguhan mental membuat banyak lelaki memilih diam.
Mereka tidak bercerita bukan karena tidak ingin, tetapi karena takut dianggap gagal sebagai laki-laki.
Baca Juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia: Peduli Kesehatan Jiwa
Padahal, menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa lebih dari 1,4 juta pria Indonesia mengaku mengalami gangguan mental.
Dan itu hanyalah angka yang berhasil tercatat secara resmi.
Di balik statistik tersebut, kemungkinan besar ada jutaan pria lainnya yang memilih menyembunyikan rasa sakit mereka.
Mereka berpura-pura baik-baik saja, tenggelam dalam pekerjaan, atau bahkan larut dalam kesepian yang tak pernah mereka ceritakan kepada siapa pun.
“Ini bukan soal lemah atau kuat, tapi soal manusiawi,” tambahnya. Kesehatan mental adalah bagian dari kondisi manusia. Membicarakannya tidak membuat seseorang menjadi kurang laki-laki.
Baca Juga: Sejumlah Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan Mental
Kampanye kesadaran kesehatan mental semakin dibutuhkan, khususnya untuk menyasar kelompok pria.
Mengubah cara pandang terhadap maskulinitas sangat penting agar pria merasa aman untuk jujur terhadap dirinya sendiri dan mencari bantuan ketika diperlukan.
Stigma seputar kesehatan mental masih menjadi penghalang utama.
Oleh karena itu, media, komunitas, dan institusi pendidikan diharapkan dapat mengambil peran lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat bahwa meminta bantuan bukanlah kelemahan, melainkan langkah berani untuk sembuh.
Baca Juga: Tahanan di Rutan Sambas Ditemukan Tewas Gantung Diri, Pembinaan Mental Diperkuat
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id