Kini, sawit tertua miliknya sudah berumur lima bulan dan tumbuh cukup baik, mengejutkan warga sekitar maupun tim akademisi yang sedang menyusun dokumen Rencana Reklamasi dan Pascatambang (R2PT).
“Waktu itu lihat orang tanam sawit, ya saya ikut juga. Saya pikir ya kalau mati ya sudah, ternyata malah tumbuh,” ujar Aminah sembari menyiapkan makanan untuk tim kami saat mampir di kediamannya tak jauh dari lahan bekas tambang.
Cerita Ibu Aminah menjadi potret sederhana dari potensi pengelolaan pascatambang berbasis masyarakat. Meski lahir dari ketidaksengajaan, langkahnya memberikan pelajaran penting: bahwa dengan pendekatan yang tepat dan pendampingan berkelanjutan, lahan bekas tambang dapat kembali produktif tanpa merusak ekosistem sekitar.
Program Desa Cendekia Pertambangan Rakyat yang digagas ICMI Kalbar, Untan, BRIN, dan Kalbar Minerals Center pun diharapkan dapat merangkul lebih banyak warga seperti Aminah, agar masa depan pascatambang di Kalbar tak lagi menyisakan luka, tapi justru harapan.
Baca Juga: Mengenal Puya’ Pasir Hitam Sisa Hasil Pertambangan Emas yang Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi
(Rdl)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id