“Kita sudah tahu bahwa literatur mana pun mengatakan rumah sakit itu pasti mahal. Jadi, bagaimana caranya kita tidak terlalu banyak ke rumah sakit. Negara-negara yang sustain adalah yang merancang agar spending-nya proporsional, dengan 30 persen atau 25 persen untuk FKTP dan sisanya baru untuk rumah sakit,” jelasnya.
Menurut Prastuti, rumah sakit memerlukan teknologi dan sumber daya yang luar biasa sehingga biayanya menjadi mahal. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi kunjungan ke rumah sakit dan memaksimalkan layanan di FKTP.
“Begitu orang masuk rumah sakit pasti akan mahal. Jadi, bagaimana kita bisa mengatur agar tidak terlalu banyak yang harus ke rumah sakit,” tambahnya.
Lebih lanjut, Prastuti memaparkan bahwa dari total belanja Rp167,4 triliun tersebut, sebanyak Rp105 triliun di antaranya digunakan untuk mengatasi Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, penyakit jantung dan stroke.
Dengan alokasi yang besar untuk rumah sakit dan PTM, Kemenkes mendorong penguatan layanan di tingkat FKTP untuk mengurangi beban biaya yang tinggi di rumah sakit.***
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















