Jelang Natal 2025, Warga Ketapang Keluhkan Kelangkaan LPG 3 Kilogram

Jelang Natal 2025, warga Ketapang keluhkan kelangkaan LPG 3 kilogram. Pedagang sulit cari gas, duga ada penimbunan dan pengalihan stok ke pedalaman.
Jelang Natal 2025, warga Ketapang keluhkan kelangkaan LPG 3 kilogram. Pedagang sulit cari gas, duga ada penimbunan dan pengalihan stok ke pedalaman. (Dok. Ist)

Faktakalbar.id, KETAPANG – Menjelang perayaan Natal 2025, masyarakat di Kabupaten Ketapang kembali dihadapkan pada persoalan sulitnya mendapatkan bahan bakar bersubsidi.

Isu kelangkaan LPG 3 kilogram kembali mencuat dan menjadi keluhan utama warga, khususnya di wilayah perkotaan seperti Kecamatan Delta Pawan.

Baca Juga: Sidak Pasar Kembayan: Warga Keluhkan Sulit Dapat Gas 3 Kg, Harga Cabai Ikut Naik

Kondisi ini dinilai sangat meresahkan karena tidak hanya berdampak pada aktivitas dapur rumah tangga, tetapi juga mengganggu operasional para pelaku usaha kecil menengah (UMKM) yang menggantungkan produksinya pada gas subsidi tersebut.

Ijul, seorang pedagang gorengan yang mangkal di Jalan Sepakat, Kelurahan Sampit, Kecamatan Delta Pawan, mengungkapkan keresahannya.

Ia mengaku sudah sepekan lebih kesulitan mendapatkan pasokan gas melon. Waktu produktifnya kini justru banyak tersita untuk berkeliling mencari ketersediaan gas daripada melayani pembeli.

“Saya benar-benar kewalahan. Gas melon sudah lebih satu minggu ini susah dicari. Di Sepakat ini pangkalan gas banyak, tapi barangnya tidak ada untuk kami,” keluhnya, Senin (15/12/2025).

Dugaan Praktik Curang

Bagi pelaku usaha kecil seperti Ijul, kelangkaan LPG 3 kilogram bukan sekadar gangguan teknis, melainkan ancaman langsung terhadap sumber penghidupan.

Ironi ini semakin terasa karena kelangkaan justru terjadi di tengah banyaknya pangkalan resmi yang beroperasi di sekitar pemukiman warga.

Situasi ini memicu spekulasi di tengah masyarakat. Banyak warga menduga adanya permainan oknum tidak bertanggung jawab yang sengaja mengalihkan pasokan gas bersubsidi ke wilayah pedalaman atau hulu.

Baca Juga: Bareskrim Bongkar Oplosan Gas Subsidi di Sukoharjo, Kerugian Negara Rp4 Miliar

Dugaan ini muncul karena adanya disparitas harga yang tinggi; di wilayah pedalaman, gas melon kabarnya dapat dijual jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Selain dugaan pengalihan ke pedalaman, momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026 juga dicurigai menjadi pemicu aksi penimbunan.

Warga menduga ada oknum pengecer yang sengaja menahan stok saat ini untuk kemudian dilepas dengan harga tinggi ketika permintaan memuncak jelang hari raya.

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id