Terlalu Bahagia Bisa Berbahaya? Ini Penjelasan Ilmiah Mengapa Emosi Positif Kerap Menumpulkan Logika

"Pernah membuat janji manis saat senang lalu menyesalinya? Riset menunjukkan kebahagiaan berlebih bisa membuat kita kurang kritis. Simak penjelasan ilmiahnya di sini."
Pernah membuat janji manis saat senang lalu menyesalinya? Riset menunjukkan kebahagiaan berlebih bisa membuat kita kurang kritis. Simak penjelasan ilmiahnya di sini. (Dok Ist)

Faktakalbar.id, LIFESTYLE – Kita sering mendengar nasihat: “Jangan mengambil keputusan saat sedang marah.”

Nasihat ini sangat masuk akal karena amarah membuat kita destruktif.

Namun, jarang ada yang mengingatkan: “Jangan mengambil keputusan penting saat sedang terlalu bahagia.”

Pernahkah Anda menyetujui permintaan teman, membeli barang mahal yang tidak perlu, atau mengumbar janji manis saat suasana hati sedang sangat gembira, lalu menyesalinya keesokan harinya?

Ternyata, fenomena ini bukan sekadar kebetulan.

Baca Juga: Mudah Marah Menjelang Haid? Ini 4 Cara Sederhana Mengelola Emosi Agar Tetap Tenang

Dalam dunia psikologi dan neurosains, ada penjelasan ilmiah mengapa rasa senang yang meluap-luap (euforia) cenderung membuat otak kita menjadi “kurang tajam” atau lengah dalam memproses risiko.

Berikut adalah 4 alasan ilmiah mengapa kebahagiaan berlebih bisa menumpulkan logika.

1. Otak Menggunakan “Jalan Pintas” (Heuristic Processing)

Riset dari Profesor Joe Forgas, seorang ahli psikologi sosial dari University of New South Wales, menunjukkan hubungan unik antara mood dan cara berpikir.

Saat sedih, otak manusia mendeteksi adanya “masalah” atau “ancaman”.

Akibatnya, otak beralih ke mode analitis, detail, dan hati-hati untuk mencari solusi.

Sebaliknya, saat kita sangat bahagia, otak menerima sinyal bahwa lingkungan kita “aman”.

Karena merasa aman, otak cenderung menggunakan heuristic processing atau pemrosesan mental jalan pintas.

Kita menjadi malas membedah detail, lebih mengandalkan stereotip, dan lebih mudah percaya pada informasi yang dangkal tanpa memverifikasinya terlebih dahulu.

2. Banjir Dopamin Mengaburkan Risiko

Secara biologis, rasa senang berkaitan erat dengan pelepasan neurotransmitter dopamin.

Zat kimia ini memberikan rasa nikmat dan merupakan bagian dari sistem imbalan (reward system) otak.

Ketika dopamin membanjiri otak, fokus kita menyempit hanya pada “imbalan” atau kesenangan yang ada di depan mata.

Kemampuan Prefrontal Cortex bagian otak yang bertugas merencanakan masa depan dan menghitung konsekuensi menjadi terganggu.

Akibatnya, kita cenderung meremehkan risiko (risk-taking behavior).

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id