Sebaliknya, ketenangan adalah kekuatan.
Saat Anda tetap tenang dan diam di tengah situasi panas, Anda justru memegang kendali atas situasi tersebut.
Sikap ini menunjukkan kedewasaan emosional yang tinggi dan sering kali membuat lawan bicara menjadi segan dan ikut menurunkan nada bicaranya.
4. Menurunkan Risiko Masalah Kesehatan
Marah yang meledak-ledak memicu lonjakan hormon stres (kortisol) dan adrenalin. Jantung berdetak lebih cepat dan tekanan darah melonjak drastis.
Jika ini sering terjadi, risiko hipertensi, stroke, dan serangan jantung akan meningkat.
Memilih diam bukan berarti memendam, melainkan menunda respons untuk menenangkan sistem saraf tubuh.
Ini jauh lebih sehat bagi jantung dan imun tubuh Anda dibandingkan berteriak-teriak yang menguras energi.
5. Membuka Ruang untuk Solusi, Bukan Polusi
Tujuan dari sebuah konflik seharusnya adalah mencari solusi, bukan mencari siapa yang menang.
Jika kedua belah pihak sama-sama menggebu-gebu dan saling memotong pembicaraan, tidak ada pesan yang tersampaikan.
Isinya hanya “polusi suara”.
Dengan diam sejenak, Anda menjadi pendengar yang lebih baik. Anda bisa memahami inti permasalahan dari sudut pandang orang lain.
Solusi hanya bisa ditemukan saat kepala sudah dingin, bukan saat api amarah sedang berkobar.
Diam saat marah bukan berarti Anda kalah, lemah, atau pasrah. Justru, diam adalah tindakan aktif untuk mengendalikan situasi agar tidak menjadi destruktif.
Lain kali saat emosi Anda terpancing, cobalah teknik “10 Detik”.
Diam, tarik napas, dan hitung sampai sepuluh sebelum merespons.
Anda akan terkejut betapa besar perbedaan hasil yang didapatkan hanya dengan sedikit jeda tersebut.
Baca Juga: Daripada Banting Piring, Ini 4 Alasan Ilmiah Kenapa Makan Pedas Ampuh ‘Adempi’ Emosi
(*Mira)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















