3. Kemewahan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Biaya hidup makin tinggi, harga rumah tak terjangkau, dan tabungan pensiun masih jauh dari cukup. Generasi sekarang dihantui kecemasan finansial yang akut.
Dalam konteks ini, mie ayam adalah simbol “kemewahan yang terjangkau” (affordable luxury).
Ia mengajarkan kita bahwa untuk merasa “kaya” dan bahagia, kita tidak selalu butuh fine dining jutaan rupiah.
Mampu membeli makanan yang kita sukai, menikmatinya tanpa rasa bersalah, dan merasa kenyang, adalah bentuk privilese yang sering kita lupakan. Kebahagiaan bisa didapat dengan harga Rp15.000, asalkan kita pandai bersyukur.
4. Mindfulness: Hadir Utuh di Momen Ini
Ketakutan akan masa depan (apa aku bakal sukses?) dan penyesalan masa lalu (kenapa dulu aku begitu?) adalah dua pencuri kebahagiaan terbesar manusia modern.
Konsep “Makan Mie Ayam Sebelum Mati” adalah praktik mindfulness tingkat tinggi.
Saat Anda dihadapkan pada satu mangkuk terakhir, Anda tidak akan memikirkan rapat besok atau kesalahan kemarin.
Anda akan fokus pada tekstur mie yang kenyal, gurihnya kuah, dan manisnya kecap. Ini mengajarkan kita untuk be present.
Hiduplah hari ini seolah-olah ini adalah mangkuk terakhirmu, sehingga kamu bisa mengecap manisnya hidup dengan maksimal.
Jadi, jika hari ini terasa berat, menepilah sejenak.
Pesan seporsi mie ayam kesukaanmu.
Nikmati uap panasnya yang menerpa wajah.
Karena kadang, satu-satunya yang kita butuhkan untuk tetap waras di dunia yang gila ini hanyalah perut yang kenyang dan hati yang hangat.
Baca Juga: Bukan Sekadar Motivasi, Ini 5 Buku Wajib Baca bagi Gen Z untuk Memperluas Cara Pandang Dunia
(*Mira)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















