Faktakalbar.id, LIFESTYLE – Dari citra satelit atau pandangan mata burung, hamparan perkebunan kelapa sawit dan hutan hujan tropis mungkin terlihat sama: sebuah bentangan karpet hijau yang luas.
Kesamaan visual ini sering kali memicu kesalahpahaman bahwa mengubah hutan menjadi kebun sawit adalah bentuk “penghijauan” yang sah.
Padahal, secara ekologis, keduanya adalah dunia yang sangat berbeda.
Mengganti hutan dengan sawit bukan sekadar mengganti jenis pohon, melainkan merombak total sistem penunjang kehidupan.
Baca Juga: Waspada Musim Hujan: Kenali 4 Penyakit “Langganan” Saat Banjir dan Cara Mencegahnya
Hutan adalah ekosistem kompleks yang terbentuk selama ribuan tahun, sementara kebun sawit adalah area pertanian industri.
Agar kita tidak terjebak dalam ilusi “warna hijau”, berikut adalah 5 alasan utama dan ilmiah mengapa fungsi ekologis hutan alam tidak akan pernah bisa digantikan oleh perkebunan kelapa sawit.
1. Keanekaragaman Hayati vs Monokultur (Gurun Hijau)
Perbedaan paling mencolok terletak pada siapa yang tinggal di dalamnya.
Hutan alam adalah rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna yang saling bergantung dalam jaring-jaring makanan yang rumit, mulai dari harimau, orangutan, hingga serangga mikroskopis dan jamur.
Sebaliknya, kebun sawit menerapkan sistem monokultur, di mana hanya ada satu jenis tanaman dominan, yaitu kelapa sawit.
Kondisi ini sering disebut oleh para ahli ekologi sebagai “gurun hijau”.
Hewan-hewan asli hutan tidak bisa bertahan hidup di kebun sawit karena hilangnya sumber pakan dan tempat bersarang.
Akibatnya, kebun sawit memiliki tingkat biodiversitas yang sangat rendah dibandingkan hutan primer yang digantikannya.
2. Manajemen Tata Kelola Air (Hidrologi)
Hutan alam bertindak sebagai spons raksasa yang menyerap air hujan, menyimpannya di dalam tanah, dan melepaskannya secara perlahan ke sungai-sungai.
Akar-akar pohon hutan yang beragam menjaga tanah tetap gembur dan berpori.
Sebaliknya, kelapa sawit adalah tanaman yang sangat “rakus” air.
Sebuah studi menunjukkan bahwa satu pohon sawit dewasa membutuhkan penyerapan air yang sangat masif setiap harinya untuk memproduksi buah.
Akibatnya, perkebunan sawit sering kali menyebabkan penurunan muka air tanah yang drastis, membuat sumur-sumur warga di sekitarnya kering, dan tanah menjadi lebih rentan terhadap kekeringan saat musim kemarau tiba, serta gagal menahan banjir saat hujan lebat.
3. Kapasitas Penyimpanan Karbon
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















