Faktakalbar.id, NASIONAL – Sosiolog UGM, Andreas Budi Widyanta, menyoroti kegagalan program ‘literasi digital’ dalam membendung maraknya judi online yang kini menyasar kelompok rentan seperti petani dan gelandangan.
Ia menilai, masyarakat kini membutuhkan lebih dari sekadar “melek” teknologi.
Andreas menegaskan bahwa Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) belum menunjukkan keseriusan dalam memberikan proteksi nyata.
Menurutnya, solusi untuk memberantas judi online tidak cukup hanya dengan literasi.
Baca Juga: Diduga Dibekingi Oknum Aparat, Judi Sabung Ayam di Sintang Resahkan Warga
“Tidak cukup hanya literasi digital, kita butuh kompetensi digital yang disertai pemikiran sosial kritis,” tegas Andreas, seperti dikutip dari situs resmi UGM, Jumat (14/11/2025).
Kompetensi digital yang ia maksud adalah kemampuan masyarakat untuk menelaah dan memahami cara kerja teknologi, termasuk algoritma gamifikasi yang sengaja dirancang oleh platform judi online untuk menciptakan euforia semu dan kecanduan.
Sementara itu, literasi digital yang selama ini didengungkan seringkali hanya berfokus pada kemampuan dasar menggunakan teknologi, tanpa pemahaman kritis terhadap potensi eksploitasinya.
Kritik ini disampaikan seiring munculnya data Kejaksaan Agung per September 2025, yang menunjukkan bahwa korban judi online justru datang dari lapisan masyarakat dengan kompetensi digital rendah, seperti buruh, petani, dan tunawisma, yang terdorong oleh kemiskinan struktural.
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















