Apakah Diet Puasa Intermiten Menyebabkan Massa Otot Berkurang? Membongkar Mitos dan Fakta

"Benarkah diet puasa intermiten (IF) bisa mengurangi massa otot? Pahami fakta ilmiah di baliknya dan cara efektif menjaga otot saat menjalankan IF."
Benarkah diet puasa intermiten (IF) bisa mengurangi massa otot? Pahami fakta ilmiah di baliknya dan cara efektif menjaga otot saat menjalankan IF. (Dok. Ist)

Faktakalbar.id, LIFESTYLE – Bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan, diet puasa intermiten atau intermittent fasting (IF) sering menjadi pilihan utama.

Pola makan yang berfokus pada pengaturan jendela waktu makan ini terbukti efektif untuk membakar lemak.

Namun, muncul satu kekhawatiran besar: apakah puasa dalam waktu lama akan “memakan” otot kita?

Banyak yang khawatir bahwa ketika tubuh tidak mendapat asupan kalori, tubuh akan mulai membakar protein otot sebagai sumber energi. Ini adalah kekhawatiran yang wajar.

Baca Juga: Penelitian Baru: Soda Diet dan Minuman Manis Bisa Picu Fatty Liver (NAFLD), Wajib Waspada!

Kehilangan massa otot tidak hanya memperburuk penampilan, tetapi juga memperlambat metabolisme, membuat penurunan berat badan jangka panjang menjadi lebih sulit.

Lalu, apakah diet puasa intermiten benar-benar menyebabkan massa otot berkurang? Mari kita bedah fakta di baliknya.

Faktanya: Tubuh Tidak Langsung Membakar Otot

Saat kita berpuasa, tubuh memiliki urutan prioritas sumber energi.

Pertama, tubuh akan menggunakan glukosa (gula) dalam darah.

Setelah itu habis (biasanya dalam beberapa jam), tubuh beralih ke glikogen, yaitu cadangan gula di hati dan otot.

Baru setelah cadangan glikogen menipis (yang bisa memakan waktu 12 jam atau lebih), tubuh mulai beralih ke sumber energi alternatif.

Namun, target utamanya bukanlah otot.

Tubuh akan mulai memecah cadangan lemak (trigliserida) menjadi asam lemak dan keton untuk dijadikan bahan bakar.

Proses inilah yang disebut ketosis, yang menjadi inti dari efektivitas IF dalam membakar lemak.

Tubuh manusia dirancang untuk melindungi jaringan otot.

Otot baru akan benar-benar dipecah sebagai sumber energi (proses glukoneogenesis dari protein) ketika cadangan lemak sudah sangat menipis atau saat puasa berlangsung sangat ekstrem selama berhari-hari tanpa asupan protein sama sekali.

Studi Ilmiah: Apa Kata Penelitian?

Berbagai penelitian telah membandingkan diet puasa intermiten dengan diet defisit kalori biasa (mengurangi porsi makan sepanjang hari).

Sebuah ulasan studi yang diterbitkan dalam Nature Reviews Endocrinology mengkaji berbagai uji klinis mengenai diet puasa.

Hasilnya menemukan bahwa jumlah massa otot yang hilang pada orang yang menjalani diet intermiten tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan mereka yang menjalani diet pembatasan kalori konvensional.

Dengan kata lain, selama Anda masih dalam program penurunan berat badan, kehilangan sedikit massa otot adalah risiko yang selalu ada, apa pun jenis dietnya.

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id