Karena terbiasa mendapatkan segalanya, mereka akan frustrasi dan marah ketika keinginannya tidak terpenuhi, lalu melampiaskannya dengan cara memaksa atau mengintimidasi teman-temannya.
3. Mengabaikan Kebutuhan Emosional Anak
Dalam pola asuh ini, orang tua mungkin memenuhi semua kebutuhan materi anak, tetapi gagal memberikan kehadiran, kehangatan, dan validasi emosional.
Mereka sibuk, jarang berinteraksi, atau tidak peka terhadap perasaan anak.
Mengapa ini berbahaya? Anak yang merasa diabaikan secara emosional akan mencari perhatian dengan cara apa pun, termasuk cara negatif.
Merundung teman bisa menjadi cara bagi mereka untuk merasa dilihat dan diakui.
Selain itu, anak yang tidak pernah diajarkan untuk memahami dan mengelola emosinya sendiri akan kesulitan untuk memahami perasaan orang lain (empati).
4. Menjadi Contoh Buruk dengan Merendahkan Orang Lain
Anak adalah peniru ulung.
Mereka menyerap semua yang mereka lihat dan dengar dari orang tuanya.
Jika orang tua sering menggosip, melontarkan komentar sinis tentang orang lain, meremehkan pelayan, atau bersikap superior di depan tetangga, anak akan menganggap perilaku tersebut wajar.
Mengapa ini berbahaya? Anak belajar bahwa merendahkan orang lain untuk merasa lebih baik tentang diri sendiri adalah hal yang dapat diterima.
Mereka akan menginternalisasi cara pandang ini dan menerapkannya di lingkungan sosial mereka, memilih target untuk direndahkan demi menaikkan status atau rasa percaya diri mereka.
Mencegah anak menjadi perundung dimulai dengan menciptakan lingkungan rumah yang penuh kehangatan, batasan yang tegas namun penuh kasih, serta menjadi teladan dalam berempati dan menghargai perbedaan.
Baca Juga: Sering Terjadi Tapi Dianggap Normal, Kenali 5 Jenis Bullying Terselubung di Kampus
(*Mira)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















