Tongkang Bauksit Terdampar di Perairan Senayang: Laut Rusak, Nelayan Terdampak, Perusahaan Bungkam

"Bangkai kapal tongkang berwarna oranye dan abu-abu, BG Bukit Emas 2312, terlihat sebagian tenggelam dan kandas di perairan laut yang tenang dengan langit mendung."
Tongkang BG Bukit Emas 2312, diduga milik PT Pelayaran Ari Duta Bahari, Pontianak, terlihat masih kandas di perairan Pulau Beringin, Desa Laboh, Senayang, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. (Dok. Ist)

Warga mengeluhkan perubahan drastis pada kondisi laut sejak tongkang tersebut kandas. Diduga kuat, tumpahan muatan bauksit telah mencemari wilayah tangkap, membuat para nelayan kesulitan memperoleh hasil seperti biasanya.

Kepala Desa Laboh, Padilah, mengungkapkan keresahannya yang mendalam atas kondisi ini.

“Sejak tongkang itu kandas, laut kami berubah. Biasanya warga cukup melaut tiga sampai empat mil sudah dapat ikan. Sekarang harus belasan mil baru bisa bawa pulang hasil. Ini sungguh menyedihkan,” tutur Padilah, Senin (23/6/2025), menggambarkan betapa parahnya dampak ekonomi yang dirasakan warganya.

Padilah juga mengaku telah berulang kali mencoba menghubungi pihak perusahaan yang diduga terkait dengan tongkang tersebut melalui pesan WhatsApp, namun hingga kini upaya tersebut tak membuahkan hasil.

“Kami sudah menyurati pihak perusahaan, tapi belum ada tanggapan. Saya sedih melihat masyarakat saya yang sampai hari ini sulit mencari rezeki dari laut,” tambahnya, menyoroti minimnya tanggung jawab dari pihak terkait.

Baca Juga: Danantara Siapkan Kerja Sama dengan Rusia Bangun Industri Galangan Kapal Ramah Lingkungan di Indonesia

Desa Laboh, dengan sekitar 1.200 jiwa penduduk yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, kini menghadapi masa sulit.

Ikan-ikan seperti kerapu, napoleon, bilis, dan nos yang biasanya melimpah di perairan sekitar, kini sulit didapat. Para nelayan terpaksa melaut lebih jauh, menambah beban biaya operasional demi mendapatkan tangkapan yang sama.

“Masyarakat sudah melakukan musyawarah bersama saya. Sebagai kepala desa, saya akan terus berdiri di garda terdepan untuk memperjuangkan hak para nelayan kami,” tegas Padilah,

Ia juga menekankan pentingnya menjaga kelestarian laut dan mengecam keras pihak-pihak yang mencemari perairan.

“Laut bukan tempat sampah. Karang kami mulai rusak. Ini bisa menjadi bencana jangka panjang jika tidak segera ditangani,” katanya. Padilah juga menegaskan,” Muatan Bauxite masih tersebar di dasar laut dan pantai, merusak biota laut tempat mata pencarian nelayan Desa Laboh.”

Kini, warga Desa Laboh dan kepala desanya menantikan pertanggungjawaban dari pemilik tongkang dan langkah konkret untuk pemulihan lingkungan laut yang menjadi sumber kehidupan mereka.

(*Red)

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id