Faktakalbar.id, NASIONAL – Ribuan buruh dari berbagai elemen menggelar aksi unjuk rasa dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) di Jakarta, Kamis (1/5/2025). Aksi massa ini dipusatkan di dua lokasi, yakni kawasan Monumen Nasional (Monas) dan depan Gedung DPR/MPR/DPD RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.
Salah satu tuntutan utama para buruh adalah agar pemerintah mengambil alih mayoritas saham dari sektor ekstraktif seperti pertambangan. Mereka menilai langkah ini penting untuk menciptakan keadilan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Baca Juga: Bagaimana Mafia Tambang Kuasai Rantai Monopoli dan Eksploitasi Emas Ilegal di Kalimantan Barat?
Perwakilan dari Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Ilhamsyah, dalam orasinya menyampaikan bahwa negara harus memiliki keberanian untuk menguasai kembali minimal 5 persen saham dari sektor ekstraktif demi kepentingan nasional.
“Hampir semua kekayaan alam yang menjadi kebutuhan dasar dunia ada di bumi Indonesia. Ada emas, batu bara, nikel, bauksit, timah, dan uranium. Tanah kita subur, semua jenis tumbuhan bisa hidup di sini,” ujar Ilhamsyah.
Ia menambahkan bahwa selama ini kekayaan alam Indonesia hanya dinikmati oleh segelintir orang dan belum benar-benar memberikan manfaat besar bagi rakyat secara luas.
“Kalau saja kekayaan alam kita bisa masuk ke kas negara, begitu juga dengan pajak dari orang-orang kaya. Tugas negara adalah mendistribusikan kekayaan tersebut dalam bentuk jaminan sosial,” tegasnya.
Selain tuntutan soal kepemilikan sumber daya alam, para buruh juga mendesak pemerintah untuk memberikan beban pajak lebih besar kepada kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi. Menurut mereka, pendapatan negara yang saat ini masih bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) perlu diperkuat melalui pajak yang lebih adil.
Baca Juga: Hadir di Peringatan Hari Buruh, Prabowo Dukung Undang-Undang Perampasan Aset Korupsi
Di kawasan Monas, suara buruh juga menggema menuntut penghapusan sistem outsourcing. Yusuf Nugraha (28), buruh asal PT Chang Shin Indonesia, datang bersama ratusan rekan kerja dari Karawang menggunakan enam bus besar.
“Tunjangan memang lumayan, tapi kami tetap ingin perjuangkan penghapusan outsourcing,” kata Yusuf.
Suara serupa datang dari buruh perempuan. Pilka (28), pekerja PT Sik Karawang, menyampaikan keluhannya terkait sistem kontrak yang terus diperpanjang.
“Kami magang satu tahun, lalu kontrak diperpanjang tiap tiga bulan. Capek. Anak-anak muda itu harusnya sudah bisa jadi karyawan tetap, bukan terus-menerus diperpanjang,” ujarnya.
Aksi buruh di Hari Buruh Internasional 2025 ini kembali mengingatkan pentingnya keadilan ekonomi, penghapusan sistem kerja tidak layak, serta keberpihakan negara terhadap para pekerja yang selama ini menjadi tulang punggung pembangunan.
Baca Juga: May Day 2025: Aliansi GEBRAK Tuntut Pemerintah Perhatikan Nasib Buruh
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id