Indovac dan Inavac Siap Meluncur

Honesti juga mengatakan segera setelah Badan POM memberikan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use of Authorization/EUA), pihaknya akan segera memproduksi vaksin tersebut. Target produksi tahap awal, katanya, sebanyak 20 juta dosis.

“Nantinya, vaksin ini akan bisa digunakan pada dewasa dan anak umur 6-17 tahun baik untuk indikasi primer maupun booster,” tambahnya.

Setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi, Honesti mengatakan pihak tidak menutup kemungkinan untuk mengekspornya. “Ke depan vaksin ini memang akan diekspor dan juga bisa masuk menjadi salah satu vaksin dalam mekanisme support Covax Facility (multilateral). Oleh sebab itu, melalui vaksin COVID-19, Indonesia melalui Bio Farma dapat berkontribusi dalam mendukung kesehatan dunia,” jelasnya.

“Tinggal nanti melihat bagaimana BPOM menilai proses ini. Kalau OK saya kira BPOM saya kira bisa segera mengeluarkan EUA, sehingga bisa digunakan termasuk untuk booster juga.. Kita mengatakan bahwa sebuah riset vaksin itu melalui pra klinis mulai dari infitro, invivo, kemudian lanjut ke uji klinis fase 1,2,3, dan Inavac sudah sampai ke fase ketiga dengan menggunakan 4.000 lebih partisipan,” ungkap Windhu kepada VOA.

Ia menjelaskan, Inavac ini hampir mirip dengan Sinovac, yakni berplatform virus COVID-19 yang sudah tidak aktif. Lalu bagaimana dengan perkiraan efikasi Inavac ini? Windhu menjawab, sebenarnya dengan adanya pengembangan vaksin COVID-19 yang baru, di saat sudah ada vaksin COVID-19 yang lain, peneliti tidak lagi memperhitungkan berapa persen efikasi vaksin baru tersebut. Menurutnya, yang terpenting adalah efikasi vaksin baru harus tidak lebih inferior dari vaksin COVID-19 yang sudah beredar.

“Yang ini, karena sudah ada vaksin, maka risetnya yang paling penting adalah menunjukkan bahwa vaksin yang dikembangkan oleh Inavac ini, jika dibandingkan dengan vaksin lain yang sudah beredar, hasilnya tidak boleh inferior, tidak boleh kalah, itu yang sekarang sudah ada hasil yang menunjukkan bahwa sebetulnya tidak inferior,” jelas Windhu.

“Jadi sekarang kita tidak berbicara lagi efikasi sebenarnya. Jadi kalau nanti hasilnya antara Inavac dibandingkan dengan Sinovac atau dengan Pfizer ternyata dia tidak inferior, dalam artian tidak kalah dengan yang lain itu artinya bahwa efikasinya setara dengan vaksin yang dibandingkan,” tambahnya.

Kemunculan vaksin COVID-19 karya anak bangsa ini, kata Windhu, merupakan sinyal positif, bahwa Indonesia bisa turut berperan dalam mengakhiri pandemi COVID-19. Ia mengungkapkan, saat ini secara global masih terjadi ketimpangan pendsitribusian vaksin. Menurutnya, semakin banyak negara-negara yang menjadi produsen vaksin akan berimbas kepada membaiknya penanganan pandemi COVID-19.

“Jadi kemunculan Inavac atau Indovac itu tidak hanya untuk Indonesia, tapi jelas untuk Indonesia jelas bisa melindungi warga kita, karena kita tahu bahwa kita punya keterbatasan, karena kita bukan produsen. Tapi dengan munculnya Inavac dan indovac itu tentu kita akan kuat, dan kita juga bisa membantu negara-negara lain, yang distribusi vaksinnya belum bagus dan tingkat vaksinasinya belum tinggi. itu adalah sebetulnya upaya global, tidak bisa cuma negara ini saja yang berhasil, percuma,” pungkasnya.(rfk/voa)