Faktakalbar.id, KETAPANG – Harga sarang burung walet di Indonesia mengalami penurunan signifikan, memukul para peternak, khususnya di Kalimantan Barat (Kalbar).
Penurunan ini dipicu oleh pembatasan ekspor dari negara-negara pengimpor utama, seperti Tiongkok, serta masalah kualitas sarang walet yang ditemukan mengandung nitrit tinggi, berjamur, dan berkutu. Para peternak meminta pemerintah dan akademisi untuk segera bertindak mengatasi situasi ini.
Berdasarkan data Badan Karantina Pertanian, Indonesia merupakan pengekspor sarang burung walet terbesar di dunia, memasok lebih dari 78% kebutuhan pasar global, dengan Tiongkok sebagai tujuan utama.
Namun, sejak beberapa tahun terakhir, Tiongkok memberlakukan regulasi ketat, termasuk batas maksimal kandungan nitrit sebesar 30 ppm dan persyaratan ketertelusuran (traceability) produk.
Pada 2021, beberapa perusahaan Indonesia dilaporkan melanggar batas nitrit ini, menyebabkan pembatasan kuota ekspor oleh General Administration of Customs of China (GACC).
Tri, seorang peternak walet di Sandai, Ketapang, mengungkapkan kekecewaannya atas kurangnya dukungan teknis dan kehadiran pemerintah di tengah krisis ini.
“Kami butuh solusi dari pemerintah dan akademisi. Masalah kutu dan jamur ini bukan cuma soal perawatan karena satu daerah ini sama permasalahannya, kita sudah coba berbagai macam cara penanganan. Kemarin kami diminta bikin NPWP untuk yang memiliki gedung (tempat sarang) walet, tapi sekarang pas harga turun drastis, pemerintah kok tidak hadir memberikan solusi,” ujarnya, Kamis, (12/5).
Ia menyoroti perlunya perhatian pemerintah untuk meningkatkan kualitas sarang agar memenuhi standar ekspor.
Sukarmadi, peternak sarang burung walet di Bengkayang, menambahkan bahwa penurunan harga juga diperparah oleh tertundanya pembayaran ekspor hingga enam bulan.
“Kami tidak hanya berjuang dengan hama dan regulasi, tapi juga arus kas yang macet karena pembayaran dari pembeli luar negeri sering terlambat. Kami sudah taat aturan, bikin NPWP seperti yang diminta pemerintah, tapi saat harga anjlok begini, kami merasa dibiarkan sendiri,” katanya, Jumat (13/5).
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id