Kehidupan Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki Mulai Bangkit di Huntara Konga

Warung usaha kecil yang dibuka oleh penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Huntara Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (24/5). Foto: HO/Faktakalbar.id
Warung usaha kecil yang dibuka oleh penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Huntara Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (24/5). Foto: HO/Faktakalbar.id

Faktakalbar.id, NASIONAL – Ribuan warga terpaksa mengungsi setelah aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki mengalami peningkatan signifikan. Untuk menampung para penyintas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama kementerian dan lembaga terkait membangun hunian sementara (huntara) lengkap dengan fasilitas dasar. Tidak hanya sebagai tempat perlindungan, huntara juga menjadi ruang pemulihan sosial, ekonomi, dan psikologis masyarakat terdampak.

Di huntara Desa Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kehidupan perlahan kembali berjalan. Warga yang sebelumnya kehilangan tempat tinggal mulai menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti memasak, mencuci, bahkan membuka usaha kecil.

Sejumlah warga memanfaatkan deretan huntara (kopel) untuk membuka warung yang menjual makanan, minuman, galon air, dan jasa bengkel kendaraan. Selain itu, beberapa penyintas mulai menanam sayuran dan beternak ayam menggunakan kandang sederhana.

Baca Juga: Pemerintah Prioritaskan Pembangunan Hunian Tetap untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Rofina, warga asal Desa Boru yang kini tinggal di huntara, mengaku perlahan mulai bangkit dari keterpurukan.

“Air bersih dan listrik tersedia. Bahan makanan juga dibagikan secara berkala, bukan hanya dari pemerintah daerah tetapi juga dari komunitas kemanusiaan,” ujarnya saat ditemui di Huntara Konga, Sabtu (24/5).

“Dalam kondisi seperti ini, pelan-pelan kami berusaha bangkit kembali,” tambahnya.

Dukungan Pendidikan untuk Anak-anak

Anak-anak penyintas juga mendapat perhatian khusus. Pendidikan tetap berjalan melalui sekolah darurat di tenda hingga pembangunan sembilan ruang belajar sementara. Fasilitas ini mengakomodasi 1.492 siswa dari tingkat PAUD hingga SD.

Pembangunan dilakukan oleh berbagai organisasi, seperti Save The Children, Komunitas Pahlawan Anak, Circle of Imagine Society Timor, Perkumpulan Masyarakat Penanganan Bencana NTT, dan Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial Larantuka. Harapannya, ruang belajar ini bisa menjadi tempat menumbuhkan semangat dan harapan bagi anak-anak terdampak bencana.

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id

advertisements