Faktakalbar.id, PONTIANAK – Dalam Misa Kedua Minggu Palma yang berlangsung khidmat, Pastor Rufinus menyampaikan homili yang menyentuh hati umat. Ia tidak hanya mengulas tentang makna penderitaan dalam iman Katolik, tetapi juga mengajak umat untuk meneladani Yesus yang rela memikul salib demi keselamatan umat manusia.
Salah satu bagian homilinya yang menarik perhatian adalah ketika Pastor Rufinus menceritakan pengalaman pribadinya saat rumah orang tuanya terbakar saat ia masih menjadi novis. “Dulu rumah saya kebakaran pada saat saya novisiat. Saya berdoa lima kali sehari, melayani, mau jadi pastor, eh rumah kebakaran,” kisahnya.
Namun, Pastor Rufinus tidak melihat kejadian itu sebagai musibah semata. Ia justru melihatnya sebagai cara Tuhan bekerja melalui cara yang tak terduga. “Tuhan mau ganti rumah baru. Rumah kami jelek soalnya,” ujarnya sambil tersenyum, menyiratkan bahwa Tuhan kerap memakai cara yang tidak masuk akal untuk memberikan berkat.
Ia menambahkan bahwa meski saat itu merasa kehilangan, ia percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih baik. “Kebakaran yang sebenarnya jelek, menjadi kebakaran berkat. Yaitu kebakaran mau ganti rumah,” tegasnya.
Pastor Rufinus juga mengingatkan umat untuk tidak merasa sebagai orang paling menderita. “Sering kita berbuat seperti itu, bahwa hitung-hitungan dengan Tuhan. Coba kalau Tuhan seperti itu dengan kita, tidak akan bisa kita ngapa-ngapain,” katanya.
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id