PONTIANAK – Pemerintah melalui Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menargetkan peningkatan ekspor sarang burung walet Indonesia hingga lebih dari Rp10 triliun per tahun. Namun, di tengah ambisi besar pemerintah, peternak sarang walet di Kalimantan Barat justru menghadapi realitas pahit akibat harga jual yang anjlok serta serangan hama yang semakin meresahkan.
Dalam kunjungannya ke Processing Bird House PT Surya Aviesta di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/1/2025), Sudaryono menegaskan bahwa pemerintah ingin meningkatkan kontribusi Indonesia dalam pasar global dari 60 persen menjadi 65 persen. Ia juga mendorong masyarakat untuk lebih serius mengembangkan budidaya sarang walet sebagai sumber pendapatan yang menjanjikan.
Namun, optimisme ini bertolak belakang dengan kondisi di lapangan. Para peternak walet di Kalimantan Barat justru mengeluhkan penurunan harga yang tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Toni, pemilik rumah walet di Kabupaten Bengkayang, menyatakan bahwa harga jual saat ini jauh lebih rendah dan tidak sebanding dengan biaya pemeliharaan.
“Harga sarang walet sekarang benar-benar jatuh. Kalau dulu bisa mencapai belasan bahkan puluhan juta per kilogram, sekarang turun drastis cuma lima sampai tujuh juta perkilo. Ditambah lagi ada hama kecil yang disebut ‘amma’, semacam kutu yang menyerang sarang dan merusak kualitasnya,” ujar Toni, Senin, (6/1).