Faktakalbar.id, LIFESTYLE – Penggunaan headphone Bluetooth semakin umum dalam keseharian.
Perangkat nirkabel ini menemani mulai dari bekerja, belajar, hingga menemani aktivitas santai.
Namun, di balik kepraktisannya, muncul kekhawatiran di tengah masyarakat.
Apakah paparan gelombang dari perangkat nirkabel ini aman bagi otak jika digunakan dalam jangka panjang?
Pertanyaan tersebut kerap beredar di media sosial dan forum daring.
Pertanyaan itu sering dibarengi klaim soal radiasi yang belum tentu benar.
Untuk menjawabnya, penting melihat persoalan ini dari sudut pandang ilmiah.
Berbagai penelitian telah mengkaji tingkat radiasi Bluetooth.
Mereka juga meneliti cara kerjanya serta perbandingannya dengan perangkat elektronik lain.
Dengan memahami fakta dan data yang ada, kita bisa menilai lebih jernih.
Apakah headphone Bluetooth berisiko bagi otak? Atau justru kekhawatiran tersebut lebih dekat ke mitos daripada kenyataan? KompasTekno menguraikan penjelasannya.
Baca Juga: Mitos vs Fakta Keamanan Android: Benarkah Android Lebih Rentan dari iOS? Simak Perbandingannya
Radiasi Non-ionisasi: Tidak Cukup Merusak DNA
Kekhawatiran soal Bahaya Headphone Bluetooth terhadap otak umumnya berkaitan dengan paparan radiasi.
Perlu dipahami, perangkat Bluetooth memang memancarkan radiasi. Namun, jenisnya adalah Radiasi Non-ionisasi.
Radiasi jenis ini tidak memiliki energi cukup untuk merusak DNA. Artinya, radiasi ini tidak memicu kanker seperti radiasi ionisasi pada sinar-X atau limbah radioaktif. National Cancer Institute menegaskan belum ada bukti ilmiah yang pasti.
Belum ada bukti yang menunjukkan hubungan antara penggunaan perangkat nirkabel dan kanker atau penyakit serius lainnya.
Bahkan, Bluetooth dinilai sebagai opsi lebih aman dibanding menempelkan ponsel langsung ke telinga.
Tingkat Paparan Radiasi Headphone Bluetooth
Paparan radiasi dari headphone Bluetooth lebih rendah dibandingkan ponsel.
Menurut Ken Foster, seorang profesor bioengineering, emisi radiasi Bluetooth tergolong sangat kecil.
Hal ini berlaku meskipun digunakan dalam waktu lama.
Pemerintah Amerika Serikat juga telah menetapkan standar keamanan radiasi. Standar ini berlaku untuk perangkat elektronik.
Emisi Bluetooth berada jauh di bawah ambang batas. Ambang batas tersebut dinilai aman bagi tubuh manusia.
Hingga saat ini, riset ilmiah belum menemukan bukti kuat. Radiasi frekuensi radio (RF) dari Bluetooth tidak berdampak buruk pada otak atau meningkatkan risiko kanker.
Meskipun demikian, penelitian jangka panjang tetap diperlukan. Penelitian ini bertujuan memantau potensi efek kesehatan dari penggunaan perangkat nirkabel secara masif.
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















