Faktakalbar.id, NASIONAL – Air bah mungkin sudah surut di beberapa titik, namun jejak kehancuran yang ditinggalkannya kini menjelma menjadi ancaman baru.
Di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, pemulihan pascabencana berjalan tertatih di tengah krisis air bersih dan gunungan sampah yang membusuk.
Bagi Rekson Charles Pardede dan istrinya, Rismawati Samosir, selamat dari banjir dan longsor sepuluh hari lalu hanyalah awal dari perjuangan panjang lainnya.
Pasangan suami istri ini kini harus menghadapi musuh tak kasat mata: penyakit yang muncul akibat sanitasi buruk.
Baca Juga: Penanganan Darurat Bencana Sumut Dipercepat, 4,4 Ton Logistik Tambahan Diberangkatkan
Di depan rumah mereka, tumpukan sampah sisa banjir menggunung setinggi satu meter. Sampah-sampah itu, yang sebagian besar terbawa arus dari permukiman lain, kini mulai menebar aroma menyengat dan mengundang lalat. Sementara itu, akses terhadap air bersih menjadi barang langka, memaksa warga berhemat di tengah lingkungan yang kotor.
“Memang sebelumnya sampah kita ada di sini, cuma semenjak banjir ini, sampah segini banyak. Sampai hari ini belum ada diambil,” ujar Rekson dengan nada cemas, Sabtu (6/12/2025).
Kecemasan itu bukan tanpa alasan.
Buah hati mereka yang baru berusia 11 bulan mulai menunjukkan gejala sakit akibat lingkungan yang tidak higienis.
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















