Kristantus menceritakan bahwa benih ketidakpercayaan sebenarnya sudah muncul sejak masa penetapan pemenang pemilu atau sebelum pelantikan resmi.
“Saya sebetulnya sudah cukup sabar, mulai dari sebelum pelantikan sudah ada sesuatu,” ungkapnya saat diwawancarai Jumat (5/12/2025).
Ia mengenang insiden saat dirinya sedang minum kopi di Hotel Mercure bersama saksi dari tim lawan (Sutarmidji dan Muda Mahendra) serta seorang rekan lama yang merupakan anggota intel kepolisian.
Pertemuan santai itu difoto oleh orang tak dikenal dan dikirimkan kepada Gubernur yang saat itu sedang berlibur di Jepang.
“Paparazzi ada di mana-mana. Foto itu dikirim, dan sepulang beliau (Gubernur) dari Jepang, beliau menelepon saya dan meminta ke Jakarta karena ada yang tidak enak,” jelas Kristantus.
Konfrontasi Setelah Pelantikan: Dituduh Dalang Laporan
Masalah tersebut ternyata berlanjut hingga setelah pelantikan dan mereka menjabat.
Dalam sebuah pertemuan tertutup di Jakarta, Gubernur menuduh Kristantus bermanuver melaporkan kasus hukum sensitif.
“Ini kalau terjadi apa-apa dengan saya, Pak Wagub dalangnya,” ujar Kristantus menirukan kecaman Gubernur.
Kristantus dituduh melaporkan kasus BP2TD dan Jalan Mempawah ke aparat penegak hukum. Padahal, ia mengaku sama sekali tidak tahu menahu mengenai kasus tersebut saat itu.
“BP2TD pun saya tidak mengerti, sampai saya bertanya sama orang di luar karena saya syok dituduh tanpa dasar. Kasus jalan juga yang di Mempawah, saya juga tidak tahu, itu kan masa lalu,” tegasnya.
Karena Gubernur mengklaim mendapat informasi “A1” (valid) dari polisi, Kristantus pun menantang balik untuk pembuktian.
“Pak, bawa tiga polisi itu kita ketemu. Jangan A1-A1 Pak. Kita buktikan apakah saya sebagai dalang (yang melaporkan) atau tidak,” tantang Kristantus.
Baca Juga: Tak Dilibatkan, Wagub Kalbar Kecewa dan Ancam Boikot Pelantikan Pejabat Eselon 2
(*Mira)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id















