“Meningkatnya konsumsi makanan ultra-olahan sedang membentuk ulang pola makan di seluruh dunia, menggusur makanan segar dan minim olahan.”
Menurutnya, perubahan ini didorong oleh korporasi global yang kuat yang memprioritaskan produk UPF, didukung oleh pemasaran iklan ekstensif dan lobi politik untuk menghentikan kebijakan kesehatan publik yang efektif. Rekan penulis, Dr. Phillip Baker, mengatakan solusi yang dibutuhkan adalah respons kesehatan publik global yang kuat, seperti upaya menantang industri tembakau.
Kritik dan Hubungan Sebab Akibat
Meskipun mendesak tindakan, ulasan tersebut mengakui kurangnya uji klinis yang dapat menunjukkan secara pasti bagaimana UPF merusak kesehatan.
Sejumlah ilmuwan mengingatkan bahwa sulit untuk memisahkan efek UPF dari faktor-faktor lain dalam gaya hidup, perilaku, dan kekayaan seseorang.
Baca Juga : Bahaya Mikroplastik: Riset University of California Ungkap Mempercepat Pembentukan Plak Arteri 624%
Prof. Kevin McConway, profesor emeritus statistika terapan di Universitas Terbuka, mengatakan:
“Studi seperti ini dapat menemukan korelasi, tetapi tidak dapat memastikan hubungan sebab dan akibat.” Ia menambahkan bahwa masih ada “ruang untuk keraguan dan klarifikasi dari penelitian lebih lanjut” mengenai jenis UPF mana yang paling berkontribusi pada penyakit.
Namun, para ahli menegaskan bahwa kurangnya uji klinis tidak boleh menghambat tindakan untuk melindungi masyarakat.
(*Drw)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















