Faktakalbar.id, JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya secara terang-terangan mengungkap penyebab utama di balik kerugian negara dalam skandal raksasa di Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
Lembaga antirasuah tersebut menyebut bahwa biang kerok yang membuat negara tekor hingga jutaan dolar Amerika Serikat adalah keberadaan pihak ketiga atau broker “hantu” dalam proses impor minyak.
Baca Juga: Biaya Mahal tapi Fasilitas Buruk, KPK Endus Dugaan Korupsi BPKH Terkait Layanan Haji
Praktik curang ini sengaja diciptakan untuk membuat rantai pasokan menjadi panjang dan tidak efisien. Akibatnya, harga minyak yang harus dibayar oleh Indonesia menjadi jauh lebih mahal dari harga pasar yang seharusnya.
Plt. Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, menjelaskan bahwa Petral, sebagai anak usaha PT Pertamina (Persero), sejatinya memiliki akses untuk membeli minyak mentah langsung dari perusahaan minyak nasional (National Oil Company/NOC) negara-negara produsen.
Namun, jalur pintas yang efisien itu sengaja ditutup demi keuntungan segelintir pihak dalam kasus korupsi Petral ini.
“Jadi dari national oil company-nya Indonesia kemudian ke national oil company-nya si penghasil minyak, seperti ini. Nah, tetapi di dalam perjalannya, justru ini (keberadaan broker) memperpanjang rantai distribusi,” kata Asep Guntur Rahayu di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Jumat (21/11/2025).
Kehadiran broker dalam setiap transaksi inilah yang menjadi sumber masalah utama. Mereka diduga menyamar seolah-olah menjadi perwakilan resmi dari Pertamina atau Petral.
Padahal, peran mereka hanyalah menyisipkan fee atau komisi ilegal yang menyebabkan harga beli minyak mentah melambung tinggi.
Asep menegaskan bahwa para broker ini sama sekali tidak memberikan nilai tambah apa pun dalam rantai distribusi, selain membebani keuangan negara.
Guna membongkar praktik lancung ini hingga ke akarnya, KPK menyadari tidak bisa bekerja sendirian.
Asep menyatakan bahwa pihaknya akan menggandeng lembaga antikorupsi dari negara-negara lain, terutama negara produsen minyak yang tercatat pernah bertransaksi dengan Petral.
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id















