Faktakalbar.id, LIFESTYLE – Penggunaan Virtual Private Network (VPN) kian populer.
Layanan ini banyak dimanfaatkan untuk menjaga privasi dan meningkatkan keamanan saat berselancar di internet.
Namun, di tengah tingginya minat pengguna, beredar pula banyak aplikasi VPN palsu yang sangat membahayakan.
Alih-alih melindungi, VPN palsu justru dapat mencuri informasi sensitif.
Mereka juga berpotensi memasang malware hingga menyalahgunakan aktivitas browsing Anda tanpa disadari.
Maka dari itu, sangat penting bagi setiap pengguna untuk mengenali Tanda VPN Tidak Aman.
Kesadaran ini dapat menjaga Anda tetap aman saat mengakses berbagai layanan digital.
Berikut adalah 7 Ciri-Ciri VPN Palsu yang perlu diwaspadai agar data pribadi Anda tetap terlindungi:
Baca Juga: Penting! Cara Mengembalikan File Google Drive Hilang dengan 4 Langkah Efektif
1. Identitas Perusahaan Tidak Transparan
VPN palsu biasanya tidak menjelaskan secara jelas siapa yang mengoperasikan layanan tersebut.
Mereka sering tidak memaparkan di mana basis perusahaan atau sejak kapan perusahaan berdiri.
Jika halaman “About Us” sangat minim informasi, atau bahkan kosong, ini adalah red flag. Penyedia ini kemungkinan tidak ingin identitasnya ditelusuri.
Penyedia VPN tepercaya justru bersikap terbuka. Mereka akan jelas tentang lokasi, tim, dan regulasi yang menaungi bisnis mereka.
2. Tidak Memiliki Kebijakan Privasi yang Jelas
Setiap VPN yang kredibel pasti memiliki kebijakan privasi yang sangat rinci. Kebijakan ini menjelaskan data apa yang dikumpulkan dan bagaimana data tersebut digunakan.
VPN palsu sering kali tidak memiliki halaman privasi sama sekali. Jika ada, kebijakan yang ditulis sangat umum dan ambigu.
Jika informasi soal pengelolaan data tidak transparan, kemungkinan besar mereka berencana menjual atau menyalahgunakan data pengguna Anda.
3. Menjual Data Pengguna ke Pihak Ketiga
Banyak VPN palsu, khususnya yang gratis, memiliki model bisnis tersembunyi yang berbahaya. Mereka mengumpulkan data penting Anda.
Data ini mencakup alamat IP, riwayat browsing, hingga informasi perangkat. Data tersebut kemudian dijual kepada pengiklan atau broker data.
Praktik ini bertentangan dengan tujuan VPN itu sendiri. Tujuannya melindungi privasi, tetapi layanan palsu justru bertindak layaknya ISP yang menjual data penggunanya.
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















