Faktakalbar.id, LIFESTYLE – Diabetes, khususnya Diabetes Tipe 2, telah menjadi “momok” kesehatan global, termasuk di Indonesia.
Saat seseorang didiagnosis menderita penyakit gula ini, pertanyaan yang sering muncul adalah: “Apakah ini karena keturunan?”
Sangat mudah untuk menyalahkan faktor genetik.
Kita sering mendengar, “Nenek saya diabetes, ayah saya juga, jadi saya pasti kena.”
Baca Juga: Aturan Baru Trump: Penderita Obesitas dan Diabetes Bisa Ditolak Masuk AS
Pola pikir ini bisa berbahaya, karena menciptakan perasaan pasrah bahwa diabetes adalah takdir yang tidak bisa dihindari.
Di sisi lain, ada kubu yang percaya bahwa gaya hidup apa yang kita makan, seberapa banyak kita bergerak adalah raja.
Jadi, di antara DNA yang kita warisi dan pilihan yang kita buat setiap hari, mana yang memegang kendali lebih besar?
Mari kita bedah perannya masing-masing.
1. Peran Genetik: “Bakat” yang Diwariskan
Faktor genetik atau keturunan memang memegang peran.
Penting untuk membedakan:
- Diabetes Tipe 1: Ini adalah kondisi autoimun di mana tubuh menyerang sel penghasil insulinnya sendiri. Faktor genetik berperan kuat di sini, namun pemicunya seringkali tidak terkait gaya hidup.
- Diabetes Tipe 2: Ini adalah fokus utama perdebatan kita. Ini terjadi ketika tubuh tidak merespons insulin dengan baik (resistensi insulin) atau tidak cukup memproduksinya.
Jika Anda memiliki orang tua atau saudara kandung dengan Diabetes Tipe 2, risiko Anda untuk mengalaminya memang lebih tinggi.
Anda mungkin mewarisi “bakat” atau predisposisi genetik yang membuat tubuh Anda lebih rentan terhadap resistensi insulin.
Namun, genetik jarang sekali menjadi vonis tunggal.
Analogi terbaik untuk ini adalah: “Genetik mungkin memuat senjatanya, tapi gaya hidup yang menarik pelatuknya.”
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















