Baca Juga: Aturan Baru Trump: Penderita Obesitas dan Diabetes Bisa Ditolak Masuk AS
Menurutnya, perjanjian tersebut lebih bersifat politis untuk “kemenangan cepat” diplomatik yang didorong AS, ketimbang solusi komprehensif.
“Akar masalahnya adalah demarkasi perbatasan yang belum tuntas dan saling curiga yang mendalam. Perjanjian di Kuala Lumpur tampaknya hanya menekan elite politik untuk berjabat tangan, tanpa menyelesaikan sengketa teknis di lapangan,” ujar Eka kepada CNN Indonesia, Sabtu (15/11).
Eka menambahkan bahwa insiden ranjau yang dibantah Kamboja adalah bukti bahwa komando militer di lapangan tidak sepenuhnya patuh atau kepercayaan antar-pasukan di perbatasan berada di titik nol.
“Intervensi Trump kali ini harus lebih dari sekadar panggilan telepon. Tanpa ada mekanisme pengawas independen di perbatasan, yang mungkin bisa dipimpin ASEAN, baku tembak seperti ini akan terus berulang setiap kali ada gesekan kecil,” pungkasnya.
Konflik yang telah menewaskan 48 orang dan membuat 300 ribu orang mengungsi ini membuktikan bahwa mediasi kekuatan eksternal tidak cukup tanpa kemauan politik tulus dari Bangkok dan Phnom Penh.
Baca Juga: Gunakan Dana Asuransi, Trump Desak Senat Salurkan BLT di Tengah Shutdown
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















