Ditjenbun Peringatkan Ancaman Ganoderma, Sawit Indonesia Bisa Punah Tahun 2060

Ilustrasi - Jamur ganoderma yang tumbuh pada pangkal batang sawit mengakibatkan pembusukan dan pada akhirnya sawit menjadi roboh/tumbang. (Dok. Ist)
Ilustrasi - Jamur ganoderma yang tumbuh pada pangkal batang sawit mengakibatkan pembusukan dan pada akhirnya sawit menjadi roboh/tumbang. (Dok. Ist)

Faktakalbar.id, JAKARTA – Salah satu ancaman terbesar bagi pengembangan kelapa sawit nasional adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), terutama penyakit Ganoderma.

Pemerintah memperingatkan jika wabah ini tidak bisa diatasi, komoditas andalan Indonesia ini bisa punah dalam 15-20 tahun ke depan.

Baca Juga: Ancaman Ganoderma: Penyakit Jamur Mengerikan yang Mengintai Perkebunan Kelapa Sawit

Hal ini ditegaskan oleh Baginda Siagian, Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun), pada “Talk Show Karantina 2025”.

“Kalau tidak bisa diatasi dalam 15-20 tahun kedepan maka tahun 2060-2070 kelapa sawit di Indonesia bisa sudah tidak ada lagi atau punah,” ujar Baginda Siagian.

Baginda mengibaratkan penyakit Ganoderma seperti “kapal selam” yang berbahaya namun tidak terlihat di permukaan. Penyakit ini berkembang biak melalui spora di dalam tanah dan menyerang akar tanaman sawit secara diam-diam.

“Ganoderma berkembang biak lewat spora di dalam tanah. Seperti kapal selam yang tidak terlihat dipermukaan tetapi berbahaya , Ganoderma juga tidak kelihatan tetapi tiba-tiba menyebar banyak tanaman kelapa sawit tumbang,” katanya.

Saat ini, Ditjenbun menyerahkan kepada para ahli untuk mencari cara yang paling efektif dan efisien mengendalikan Ganoderma.

“Pembiayaan penelitian dilakukan oleh BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan). Salah satu dukungannya adalah eksplorasi Sumber Daya Genetik ke Tanzania untuk mendapatkan keragaman genetik yang lebih besar dan digunakan untuk pemuliaan. Salah satu hasil pemuliaan diharapkan ada varietas sawit yang lebih tahan terhadap Ganoderma.”

Tiga Ancaman Utama Sawit

Ancaman ini diperparah oleh Dampak Perubahan Iklim yang menyangkut ketersediaan air dan daya dukung lingkungan.

“Kombinasi Dampak Perubahan Iklim dan Ganoderma membuat 41% lahan tidak bisa ditanami sawit tahun 2050 dan 100% pada tahun 2100.”

Masalah kronis lainnya adalah masih tingginya penggunaan benih sawit ilegitim (tidak bersertifikat) oleh petani.

“Hasil survey di Sumsel sekitar 45% petani rakyat swadaya menggunakan benih ilegitim, sedang Riau sampai 71%. Pemerintah akan berusaha mengatasi kondisi ini.”

Produksi Stagnan, Ekspor Terancam

Padahal, Baginda menegaskan bahwa sawit masih akan menjadi komoditas minyak nabati dunia 20-30 tahun mendatang.

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id