Malaysia Dapat Tarif Sawit 0%, Pengamat: Ini yang Harus Dilakukan Indonesia

Ilustrasi pekerja menurunkan tandan buah segar. (Dok. ITB)
Ilustrasi pekerja menurunkan tandan buah segar. (Dok. ITB)

Faktakalbar.id, NASIONAL – Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai Indonesia perlu memiliki daya tawar yang lebih kuat agar Amerika Serikat (AS) mau mengurangi tarif impor minyak sawit hingga 0 persen.

Langkah ini diperlukan untuk menyamai kesepakatan yang telah lebih dulu diperoleh Malaysia dari AS.

Baca Juga: Daftar Harga TBS Sawit Resmi Periode III Oktober 2025, Tertinggi Rp3.479/Kg

“Kalau melihat soal sawit, Malaysia bisa 0 persen, (maka) Indonesia harus menggunakan daya tawar lebih,” kata Bhima seperti dilansir ANTARA, Jumat (31/10/2025).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor minyak sawit Indonesia ke AS pada tahun 2024 mencapai 1,39 juta ton. Angka ini menempatkan negara itu sebagai tujuan ekspor sawit terbesar keempat setelah India, Pakistan, dan Tiongkok.

Meski AS adalah pasar yang penting, Bhima menilai porsi ekspor komoditas sawit ke sana masih cenderung kecil. Oleh karena itu, ia menyarankan agar Indonesia tidak hanya fokus pada sawit dalam negosiasi tarif AS.

“Artinya kalau hanya sawit, tarifnya rendah tidak banyak menguntungkan Indonesia.”

Ia pun menyarankan Indonesia agar mendorong arah negosiasi untuk produk ekspor unggulan lainnya yang memiliki porsi ekspor lebih besar ke AS, seperti pakaian jadi dan alas kaki.

“Indonesia harus mendorong lebih ke arah negosiasi pengurangan tarif signifikan untuk pakaian jadi dan alas kaki, karena dua itulah yang porsi ekspor Amerika Serikatnya di atas 60 persen,” kata Bhima.

Selain itu, ia menilai Indonesia dapat menawarkan posisinya sebagai negara yang signifikan di Asia Tenggara.

Daya tawar itu antara lain status Indonesia sebagai pasar yang besar untuk produk-produk dari AS, penggerak ekonomi di kawasan, hingga kekayaan sumber daya manusia.

Baca Juga: Mengungkap 10 Raksasa Sawit Indonesia, Siapa Penguasa Produksi CPO Nasional?

Pendapat senada disampaikan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal.

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id