Faktakalbar.id, LIFESTYLE –Di antara riuh rendahnya lagu-lagu motivasi yang menyuruh kita untuk “terus berlari”, lagu “Besok Mungkin Kita Sampai” dari Hindia (Baskara Putra) hadir dengan perspektif yang berbeda.
Lagu ini, yang diambil dari album monumental Menari Dalam Bayangan, terasa seperti sebuah helaan napas panjang di tengah kelelahan.
Lagu ini bukanlah penyemangat yang meledak-ledak.
Sebaliknya, ia adalah teman setia bagi mereka yang lelah, yang sudah berusaha keras, namun masih terus bertanya-tanya, “Kapan aku akan sampai?”
Baca Juga: Lagu ’33X’ Perunggu Adalah Pelukan untuk Kamu yang Merasa Tertinggal
“Besok Mungkin Kita Sampai” adalah sebuah dialog mungkin dengan Tuhan, dengan alam semesta, atau dengan diri sendiri tentang kerumitan proses, ekspektasi, dan keikhlasan.
Berikut adalah bedah makna mendalam yang ingin disampaikan Hindia melalui lagu ini.
1. Dialog Lelah Seorang Manusia (“Kira-kira, Pukul Berapa?”)
Lagu ini dibuka dengan pertanyaan yang nyaris kekanakan namun sangat manusiawi: “Kira-kira, pukul berapa?”
Ini adalah suara kita ketika berada di titik paling lelah dalam berusaha.
Setelah mengikuti semua “peta” dan “rute” yang diberikan (oleh orang tua, masyarakat, atau ekspektasi diri), kita menuntut kepastian.
Kita ingin tahu kapan semua kerja keras ini akan terbayar.
Ini adalah representasi sempurna dari ketidaksabaran manusia yang lelah berjuang dalam ketidakpastian.
Kita tidak hanya ingin “sampai”, kita ingin tahu kapan tepatnya kita akan sampai, seolah-olah kesuksesan adalah sebuah jadwal kereta yang pasti.
2. Beban Ekspektasi (“Semua Rute Telah Kucoba”)
Lirik “Semua rute telah kucoba / Semua peta tlah kubaca” adalah potret generasi yang telah melakukan segalanya “dengan benar”.
Kita sudah kuliah di tempat yang “bagus”, mengambil pekerjaan yang “aman”, dan mengikuti semua langkah yang seharusnya menjamin kesuksesan.
Namun, lagu ini menampar kita dengan realitas bahwa mengikuti peta tidak menjamin apa-apa.
Ini adalah pengakuan bahwa meski kita sudah berusaha sekuat tenaga, hasilnya seringkali di luar kendali kita.
Ini adalah validasi bagi mereka yang merasa “sudah melakukan segalanya” tapi masih merasa belum ke mana-mana.
3. Puncak Keikhlasan (“Biar Saja, Biar”)
Di tengah semua kecemasan dan tuntutan akan kepastian itu, lagu ini mencapai puncaknya pada sebuah kalimat sederhana: “Biar saja, biar.”
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id















