Bahaya Pola Asuh ‘Pemakluman’: Saat Kalimat ‘Namanya Juga Anak-anak’ Menjadi Bibit Sifat Manipulatif

"Frasa "namanya juga anak-anak" sering jadi tameng orang tua. Psikolog peringatkan pola asuh pemakluman ini bisa menanam bibit sifat manipulatif dan egois."
Frasa "namanya juga anak-anak" sering jadi tameng orang tua. Psikolog peringatkan pola asuh pemakluman ini bisa menanam bibit sifat manipulatif dan egois. (Dok. Ist)

Faktakalbar.id, LIFESTYLE – Kalimat “namanya juga anak-anak” sering kali terdengar sebagai respons wajar saat seorang anak melakukan kesalahan.

Baik itu merebut mainan, berbohong kecil, atau tidak sengaja menyakiti orang lain, banyak orang tua menggunakan frasa ini sebagai tameng untuk memaklumi perilaku tersebut.

Namun, di balik niat yang mungkin baik untuk melindungi si anak, kebiasaan memaklumi kesalahan secara terus-menerus ini ternyata menyimpan bahaya laten.

Tanpa disadari, pola asuh ini justru sedang menanam bibit perilaku bermasalah di masa depan, salah satunya adalah sifat manipulatif.

Baca Juga: 8 Makanan Terbaik untuk Otak Anak, Bantu Tingkatkan Fokus dan Daya Ingat

Ketika seorang anak berbuat salah misalnya merebut mainan temannya dan ia melihat orang tuanya justru membela atau menyalahkan pihak lain, ia mempelajari sebuah pola.

Anak tersebut belajar bahwa dengan mengadu, menangis, atau bahkan memutarbalikkan fakta, ia bisa lolos dari tanggung jawab dan mendapatkan pembelaan.

Ia tidak belajar empati atau memahami konsekuensi dari tindakannya.

Sebaliknya, ia belajar bahwa ia adalah pusat dunia dan kesalahannya akan selalu dimaklumi.

Psikolog Anak, Gloria Siagian, mengonfirmasi bahaya dari pola asuh semacam ini.

Menurutnya, ketika anak hanya diajarkan untuk fokus pada diri sendiri dan kebutuhannya selalu diutamakan di atas orang lain, dampaknya sangat jelas.

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id