Namun, ia mengakui bahwa penolakan orang tua saat anak dihukum sering terjadi.
Alva menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama adalah orang tua saat ini pernah mengalami pengalaman serupa yang tidak menyenangkan saat mereka sekolah.
“Orang tua sekarang tidak terima karena pernah mengalami pengalaman serupa ketika sekolah. Orang tua pun tidak ingin anak merasakan hal yang sama,” kata Alva Paramitha.
Ia menambahkan, sikap ini bisa termasuk dalam kompensasi parenting. Hal ini terjadi terutama pada orang tua yang memiliki “luka batin” di area parenting masa lalu.
Mereka tidak ingin anak mereka merasakan sakit yang sama.
Pentingnya Menerapkan Parenting Berkesadaran
Untuk mengatasi hal ini, Alva menyarankan agar orang tua menerapkan parenting berkesadaran.
Baca Juga: Mengapa Gaji Besar Bukan Lagi Raja? Membedah 4 Alasan Gen Z Lebih Pilih Kerja Sesuai Hati
Penerapan pola asuh ini sangat penting agar orang tua bisa memisahkan pengalaman buruk atau luka batinnya di masa lalu dengan cara mereka mendidik anak saat ini.
Berikut adalah poin penting dari parenting berkesadaran:
- Memisahkan Pengalaman Masa Lalu: Orang tua harus memisahkan pola asuh anaknya dari pengalaman-pengalaman buruk atau luka-luka batinnya sendiri.
- Memiliki Filter: Orang tua yang sadar memiliki filter untuk menentukan mana referensi parenting yang bisa diterapkan dan mana yang tidak.
- Menghindari Kompensasi: Sebaliknya, jika orang tua menggunakan semua referensi tanpa filter, mereka bisa menjadi pelaku yang justru mencederai parenting itu sendiri.
Proses untuk mencapai kesadaran ini dapat dilakukan secara mandiri jika orang tua memahami dan mampu memperbaikinya.
Namun, Alva menekankan bahwa bantuan profesional akan sangat membantu.
Dengan parenting berkesadaran, orang tua diharapkan dapat menempatkan diri dengan tepat, menghormati peran sekolah, dan mendukung tindakan pendisiplinan yang konstruktif bagi anak.
(*Drw)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id











