BNPB Rilis Data Bencana Terkini, Sejumlah Wilayah Terdampak Hidrometeorologi

Petugas gabungan dan warga bergotong-royong membersihkan bagian dari pohon tumbang akibat angin kencang di salah satu desa.
Petugas gabungan dan warga bergotong-royong membersihkan bagian dari pohon tumbang akibat angin kencang di salah satu desa. Foto: HO/Faktakalbar.id

Meski air berangsur surut, 15 KK sempat mengungsi. Pemerintah daerah dan instansi terkait mendirikan dapur umum dan menyalurkan bantuan darurat.

Bencana lain yang dilaporkan adalah kebakaran lahan seluas 2 hektare di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Tim pemadam dibantu warga berhasil mengatasi api.

Baca Juga: Laporan Terbaru BNPB: Penanganan Bencana di Indonesia Fokus pada Gempa Banyuwangi dan Longsor Demak

Perkembangan Penanganan Bencana Sebelumnya

Selain kejadian baru, BNPB juga memperbarui data 10 kejadian bencana sebelumnya.

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi perhatian utama dengan luasan signifikan di Kalimantan Barat (±19.267 hektare), Kalimantan Tengah (±951 hektare), dan beberapa provinsi lain.

Meski tingkat kemudahan terbakar menurun, potensi karhutla tetap harus diwaspadai.

“Tingkat kemudahan terbakar mulai menurun, potensi karhutla tetap diwaspadai mengingat pola cuaca kering masih berlangsung di sebagian wilayah,” kata BNPB.

Di klaster kekeringan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mencatat 2.527 KK terdampak, dengan penyaluran air bersih hingga 60.000 liter per hari. Kekeringan juga terjadi di Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, NTT, kini berstatus Siaga (Level III) setelah sebelumnya Awas (Level IV).

Sebanyak 3.177 jiwa masih berada di pengungsian. Sementara itu, gempa bumi di Jawa Timur dan Bali pada 26 September lalu berdampak pada 110 KK. Tim gabungan terus melakukan pemulihan dan trauma healing.

Waspada Peralihan Musim dan Dinamika Atmosfer

BNPB mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi peralihan musim. Menurut data BMKG, wilayah Indonesia bagian selatan memasuki periode transisi dari kemarau ke hujan.

“Masa peralihan ini ditandai dengan hujan intensitas tinggi yang datang tiba-tiba, disertai petir, angin kencang, dan potensi puting beliung,” kata BNPB. “Kondisi tersebut meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, serta kerusakan infrastruktur akibat angin kencang.”

Selain itu, Siklon Tropis BUALOI di Laut Cina Selatan juga berpotensi menyebabkan hujan sedang hingga lebat di Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua Barat Daya.

Baca Juga: Banjir Rendam 2 Kabupaten di Kalteng, BNPB Laporkan Rentetan Bencana di Sejumlah Wilayah

Faktor lain seperti pertemuan angin di berbagai wilayah juga dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.

Menanggapi kondisi ini, BNPB mengimbau masyarakat untuk mengambil langkah mitigasi.

“Lakukan langkah mitigasi sederhana, seperti memangkas dahan pohon rawan tumbang, memperkuat atap dan struktur rumah, membersihkan saluran air, serta memantau prakiraan cuaca dari lembaga terkait,” ungkap BNPB.

“Pemerintah daerah bersama BPBD diharapkan dapat memastikan kesiapan sarana prasarana, mulai dari jalur evakuasi hingga lokasi pengungsian.”

(*Red)

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id