Media Rusia Soroti Demo Ricuh di Indonesia, Duga Ada Campur Tangan Asing dan George Soros

Suasana aksi demonstrasi di salah satu kota besar di Indonesia yang berujung ricuh dan menjadi sorotan media internasional.
Suasana aksi demonstrasi di salah satu kota besar di Indonesia yang berujung ricuh dan menjadi sorotan media internasional. (Dok. Ist)

Situasi semakin memanas setelah meninggalnya seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan (21), yang terlindas mobil taktis Brimob.

Baca Juga: Gedung DPRD Kota Makassar Hingga DPRD Sulsel Dibakar Massa, Seorang Pejabat Tewas Terjun dari Lantai 4

Insiden ini memicu simpati luas dan eskalasi protes, hingga memaksa Presiden Prabowo Subianto membatalkan kunjungan kenegaraannya ke China.

Analisis Geopolitik di Balik Simbol Aksi

Dalam wawancaranya dengan Sputnik, analis geopolitik Angelo Giuliano menyoroti munculnya simbol bendera bajak laut dari anime “One Piece” sebagai kemungkinan adanya pengaruh eksternal.

Meski begitu, ia mengakui bahwa aksi ini juga mencerminkan keluhan ekonomi yang nyata di masyarakat.

Giuliano menyebut dua entitas yang patut dicurigai. Pertama, National Endowment for Democracy (NED) yang menurutnya telah mendanai media di Indonesia sejak 1990-an.

Kedua, Open Society Foundations milik George Soros, yang juga telah aktif di Indonesia.

“Selain itu, ini terkait dengan fokus Indo-Pasifik baru-baru ini di tengah ketegangan seperti konflik Kamboja-Thailand, yang mengisyaratkan motif geopolitik,” ujarnya.

Disebut sebagai Rekayasa Revolusi Warna

Pandangan yang lebih tajam datang dari Jeff J Brown, penulis The China Trilogy. Ia menyebut apa yang terjadi di Indonesia memiliki pola yang sama dengan “revolusi warna” yang direkayasa Barat.

“Ini persis seperti yang terjadi di Serbia. G7 menginginkan diktator lain yang didukung Amerika Serikat, seperti Soeharto di masa lalu,” kata Brown, seperti dikutip Sputnik, Senin (1/9/2025).

Menurutnya, target utama dari dugaan campur tangan asing ini adalah Presiden Prabowo Subianto, yang kebijakannya dinilai tidak sejalan dengan agenda Barat.

Baca Juga: #PolisiPembunuhRakyat Menggema di X, Buntut Tewasnya Pengemudi Ojol Terlindas Rantis Brimob

Brown menyoroti penguatan hubungan Indonesia dengan China, Rusia, SCO, dan BRICS sebagai pemicunya.

“Negara ini adalah negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan BRICS dan telah secara terbuka bekerja sama dengan China dalam Belt and Road Initiative global China,” paparnya.

Dengan status sebagai ekonomi terbesar di ASEAN dan negara terpadat keempat di dunia, Indonesia dianggap sebagai target strategis.

“Dari sudut pandang imperialisme Barat, semua ini menjadi sasaran empuk bagi Indonesia, target yang sangat layak untuk diserang dengan revolusi warna yang direkayasa Barat,” kata Brown.

(*Red)

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id