Tindak Lanjuti Laporan Warga, Wakil Wali Kota Bahasan Tinjau Pabrik Tahu di Pontianak Utara

Wakil Wali Kota Pontianak Bahasan bersama dinas terkait meninjau operasional pabrik tahu di Pontianak Utara yang sempat dikeluhkan warga terkait limbahnya.
Wakil Wali Kota Pontianak Bahasan bersama dinas terkait meninjau operasional pabrik tahu di Pontianak Utara yang sempat dikeluhkan warga terkait limbahnya. Foto: HO/Faktakalbar.id

Namun, IPAL yang ada belum berfungsi secara optimal untuk menampung seluruh limbah produksi.

“Alhamdulillah mereka sebenarnya sudah punya IPAL, hanya saja belum sempurna. Kemungkinan karena kapasitas produksinya meningkat, sehingga perlu disempurnakan lagi. Faktanya tidak seburuk yang beredar di media sosial,” ungkap Bahasan usai melakukan peninjauan.

Menurutnya, pihak pengelola menunjukkan itikad baik dan bersikap kooperatif untuk menerima pembinaan lebih lanjut dari DLH.

Baca Juga: Warga Keluhkan Gangguan Lingkungan Diduga Akibat Operasional Hotel Gajahmada-Avara, Ini Jawaban DLH-PUPR Pontianak

Langkah ini dianggap krusial agar kualitas air limbah yang dialirkan ke lingkungan tidak lagi menimbulkan keluhan dan merusak ekosistem sekitar.

“Pada prinsipnya mereka minta dibina. DLH akan melakukan pendampingan, memberi arahan bagaimana IPAL yang benar, sehingga kedepan tidak ada lagi keluhan pencemaran,” tambahnya.

Di sisi lain, Bahasan juga memberikan apresiasi terhadap eksistensi pabrik tahu yang sudah beroperasi selama belasan tahun.

Keberadaannya dinilai telah memberikan dampak positif bagi perekonomian warga sekitar dengan menyerap banyak tenaga kerja lokal.

“Ada dua pabrik tahu di sini. Keduanya cukup membantu warga sekitar karena merekrut puluhan tenaga kerja. Ini patut kita dukung, asal tetap memperhatikan lingkungan,” imbuhnya.

Sementara itu, Wawan Darmawan (53), selaku pengelola pabrik, menegaskan komitmennya untuk menjaga operasional usaha agar tidak merugikan masyarakat. Ia mengaku telah berupaya maksimal untuk mengelola Limbah Pabrik Tahu agar tidak mencemari lingkungan.

“Kami sudah berdiri sekitar 15 tahun. Dulu memang sempat ada keluhan soal limbah, tapi sejak dibuatkan IPAL sekitar delapan tahun lalu, sudah jarang bahkan hampir tidak pernah lagi ada keluhan,” jelas Wawan.

Wawan menjelaskan, pabriknya mampu memproduksi tujuh hingga delapan ribu biji tahu setiap hari dari 300 kilogram kedelai.

Baca Juga: Pemerintah Targetkan Pengelolaan Sampah Nasional 100 Persen pada 2029, Pontianak Dinilai Siap

Produknya dipasarkan ke sejumlah pasar besar di Kota Pontianak, seperti Pasar Flamboyan, kawasan Kota Baru, dan sekitar Siantan.

“Kami melibatkan hampir 15 pekerja yang semuanya berasal dari lingkungan sekitar. Jadi, usaha ini juga membuka lapangan kerja bagi warga,” sebutnya.

Ia juga menambahkan bahwa tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah ketersediaan kayu bakar, karena proses produksi masih mengandalkan peralatan tradisional yang beroperasi sejak dini hari hingga sore.

“Dengan bahan bakar kayu yang kami beli dari pemasok. Memang masih tradisional, tapi ini yang bisa kami lakukan,” tutupnya.

(*Red/Prokopim)

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id