Ia berharap Danantara dan para pembantu presiden dapat bertindak cepat.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Menurutnya, birokrasi di Danantara sangat panjang dan berbelit.
Berbagai program yang diajukan selalu ditolak, bahkan berulang kali diminta untuk menyusun ulang feasibility study (FS).
“Sampai hari ini pun kami masih diminta FS lagi. Padahal sudah tiga atau empat kali kami serahkan.” paparnya.
Sebagai seorang yang datang dari sektor swasta murni, Joao Angelo merasa tidak cocok dengan proses birokrasi yang lambat di Danantara.
Ia terbiasa bekerja dengan cepat dan berorientasi pada profit. Ia juga menyayangkan kurangnya peran para pembantu Presiden Prabowo dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Baca Juga: Daftar Tokoh Penerima Jenderal Kehormatan Bintang Empat, Lengkap dengan Rekam Jejaknya
Situasi ini menunjukkan perlunya perbaikan sistem agar program penting seperti ketahanan pangan bisa berjalan efektif.
“Saya biasa bekerja dengan cepat, singkat, dengan prosedur-prosedur yang bisa mempercepat kegiatan yang berorientasi pada profit.” pungkasnya.
(*Red)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id