Latihan ini mencakup tiga komponen utama, yaitu gladi ruang (TTX), geladi pos komando (CPX), dan geladi lapang (FTX).
Bayu, yang bertugas sebagai wasit (referee) pada TTX, memaparkan skenario kompleks yang menjadi dasar latihan.
“Simulasi dirancang berdasarkan skenario kompleks bencana banjir besar akibat curah hujan ekstrem dan badai tropis Rumyoul yang menerjang kawasan Kamboja dan memicu kebutuhan akan respons darurat lintas batas,” ujar Bayu.
Sebagai negara yang telah dua kali menjadi tuan rumah ARDEX pada tahun 2018 dan 2023, partisipasi Indonesia di ARDEX 2025 ini menegaskan kembali posisi strategis dan kontribusi substantif Indonesia dalam memperkuat mekanisme respons bencana kolektif di Asia Tenggara.
Baca Juga: Atasi Karhutla Jambi, BNPB Optimalkan Modifikasi Cuaca dan Pengeboman Air
Kehadiran delegasi ini tidak hanya menjadi ajang diplomasi kemanusiaan, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran untuk mengevaluasi kesiapsiagaan nasional dalam mengadopsi Prosedur Operasi Standar ASEAN (SASOP).
Kegiatan ARDEX 2025 diakhiri dengan sesi after action review (AAR) pada 24 Juli, yang menjadi momen evaluasi untuk perbaikan mekanisme koordinasi di masa depan.
(*Red)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id