“Saat ini BMKG sedang mengembangkan sistem Earthquake Early Warning System (EEWS), namun masih banyak hal yang perlu dibenahi sebelum dirilis ke masyarakat,” tulis BMKG.
Sistem ini masih membutuhkan peningkatan jaringan komunikasi, keakuratan sensor, dan kerapatan perangkat.
Baca Juga: Simulasi Bencana Gempa di Sulbar, Uji Sistem Komando dan Evakuasi Massal
Terkait kekhawatiran masyarakat, BMKG merinci 13 segmen megathrust yang berpotensi memicu gempa dengan kekuatan besar, antara lain:
-
Mentawai-Pagai (M8,9)
-
Enggano (M8,4)
-
Selat Sunda (M8,7)
-
Jawa Barat–Jawa Tengah (M8,7)
-
Jawa Timur (M8,7)
-
Sumba (M8,5)
-
Aceh-Andaman (M9,2)
-
Nias-Simeulue (M8,7)
-
Batu (M7,8)
-
Mentawai-Siberut (M8,9)
-
Sulawesi Utara (M8,5)
-
Filipina (M8,2)
-
Papua (M8,7)
BMKG mengingatkan bahwa segmen seperti Selat Sunda dan Mentawai-Siberut tergolong “seismic gap” karena sudah lama tidak melepaskan energi, sehingga potensi gempa besar tetap nyata.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan, BMKG merekomendasikan lima langkah menghadapi potensi megathrust:
-
Kenali potensi gempa di lingkungan sekitar
-
Pahami langkah sebelum, saat, dan sesudah gempa
-
Pelajari jalur evakuasi dan titik kumpul
-
Bangun rumah tahan gempa
-
Ikuti informasi dari kanal resmi BMKG
BMKG juga menegaskan bahwa informasi resmi terkait gempa dan tsunami hanya disampaikan melalui kanal terverifikasi dan tidak bertujuan menakut-nakuti masyarakat. (fd)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id
















