Harga Pangan di Sintang Naik Dua Kali Lipat, Bawang Merah Tembus Rp70 Ribu

Herman, pedagang di Pasar Sayur Tugu BI Sintang, sedang melayani pembeli di tengah kenaikan harga bahan pangan. (foto: HO/Faktakalbar.id)
Herman, pedagang di Pasar Sayur Tugu BI Sintang, sedang melayani pembeli di tengah kenaikan harga bahan pangan. (foto: HO/Faktakalbar.id)

Faktakalbar.id, SINTANG – Sejumlah harga komoditas pangan di Kabupaten Sintang melonjak tajam sejak akhir Mei 2025, bahkan mencapai dua kali lipat dari harga normal.

Harga bawang merah yang sebelumnya Rp45.000 per kilogram kini menembus Rp70.000.

Baca Juga: 178 CPNS Formasi Tahun 2024 Kabupaten Sintang Resmi Menerima SK Pengangkatan

Pedagang di Pasar Sayur Tugu BI, Herman, menjelaskan bahwa ongkos pengiriman yang tinggi menjadi salah satu penyebab utama lonjakan ini.

“Kalau bawang merah ini karena pengiriman, benar-benar langsung melonjak. Bawang merah baru empat atau lima hari terakhir naik, kalau sayuran sudah lumayan lama,” ujarnya, Senin (16/06/2025).

Tomat ikut naik dari Rp25.000 menjadi Rp40.000 per kilogram. Harga timun juga terdongkrak dari Rp15.000–Rp18.000 menjadi Rp22.000 per kilogram.

Harga cabai rawit kini mencapai Rp80.000 per kilogram.

Jeruk sambal yang semula Rp15.000–Rp20.000 kini dijual seharga Rp30.000.

Sayuran lain seperti pare, gambas, terong, dan kacang panjang naik menjadi Rp25.000 per kilogram.

Baca Juga: Bupati Sanggau Yohanes Ontot Yakin Persediaan Pangan Lokal Mampu Penuhi Kebutuhan MBG

Herman menilai lonjakan ini berdampak ganda bagi pedagang dan pembeli.

Meski masyarakat tetap membeli karena kebutuhan, keluhan soal harga tak bisa dihindari.

“Kalau barangnya langka lebih enak jualnya, banyak yang nyari. Tapi pas banyak, banyak yang jual juga jadinya kan, jadi lambat penjualannya, banyak dibuang. Dampak negatifnya ya pembeli mengeluh kenapa harga naik,” jelasnya.

Ia menyebut harga di pasar sangat bergantung pada petani. Ketika harga dari petani naik, para pedagang pun menyesuaikan.

“Harga barang di pasar juga menyesuaikan dengan harga dari petani. Jadi memang sudah rantainya begitu,” katanya.

Faktor musim, terbatasnya pasokan, dan gangguan distribusi biasanya menjadi penyebab lonjakan harga seperti ini.

Namun, hingga kini, pemerintah daerah belum memberikan penjelasan resmi terkait lonjakan harga tersebut. (jn/fd)

Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id

advertisements