
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saat ini masih menggunakan sistem open dumping, yang rencananya akan ditutup akhir 2026 karena tidak sesuai dengan standar lingkungan.
Sebagai solusi, Pemkot akan membangun pusat pengelolaan sampah terpadu berbasis sanitary landfill pada 2027.
“Tempat pengelolaan sampah terpadu akan didukung dana dari Bank Dunia sebesar Rp275 miliar. Kita berharap ini menjadi solusi jangka panjang,” jelas Edi.
Sementara itu, Regional Manager Eco Bhinneka Kalbar, Octavia Shinta Aryani, menjelaskan bahwa acara Eco Speak Juni 2025 menjadi ruang dialog terbuka bagi masyarakat lintas komunitas dan agama untuk membahas isu-isu lingkungan secara inklusif.
“Kami ingin masyarakat bisa terlibat aktif. Maka, kegiatan ini kita laksanakan di ruang-ruang publik seperti taman, agar siapa saja yang lewat bisa langsung ikut berdiskusi,” ungkapnya.
Tema yang diangkat dalam diskusi kali ini adalah Kampanye Hijau Bebas Kantong Plastik Menuju Pontianak Kota Bersinar.
Octavia menilai, langkah Pemkot dalam membangun fasilitas pengelolaan sampah dan membatasi penggunaan TPS merupakan langkah konkret menuju kota yang lebih bersih dan sehat.
Namun, ia juga menyoroti masih adanya toko atau pasar yang menyediakan kantong plastik, Ia menegaskan pentingnya edukasi dan sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat.
“Masih ada ditemukan toko atau pasar yang menyediakan kantong plastik dan ini perlu peran bersama melalui edukasi dan sosialisasi,” tutupnya.
Dengan pendekatan kolaboratif berbasis komunitas, program Eco Speak diharapkan mampu menjadi tonggak perubahan gaya hidup masyarakat Pontianak menuju kota yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan. (ra/prokopim)
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id