“Namun untuk Pontianak, saya sangat yakin. Tadi kami sempat keliling kota, kondisinya cukup bersih. Dengan latar belakang Pak Wali Kota dari dunia infrastruktur, saya optimistis program ini bisa berjalan tanpa hambatan berarti,” tambahnya.
Ia berharap pengelolaan sampah dapat menjadi budaya baru masyarakat menuju lingkungan bersih dan Indonesia Maju.
Sementara itu, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menjelaskan bahwa kota yang dipimpinnya memiliki jumlah penduduk sekitar 618 ribu jiwa dengan produksi sampah mencapai 400 ton per hari.
“TPA kita berdiri di atas lahan gambut seluas 20 hektare dengan kedalaman hingga 18 meter. Tantangan besar yang dihadapi sejak awal adalah kondisi lahan yang sulit karena berada di daerah gambut,” jelas Edi.
Ia mengakui, sejak awal pembangunan melalui proyek Kalimantan Urban Development Project (KUDP), sistem pengolahan belum berjalan optimal karena kerusakan pada sistem pematangan sampah. Meski demikian, pemerintah kota terus berinovasi, termasuk membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk pengelolaan air lindi.
“Kita telah membangun IPAL untuk pengelolaan air lindi, dan pada tahun 2026 kita rencanakan pembangunan pengelolaan sampah terpadu. Target kita, 2027 proyek ini bisa rampung,” katanya.
Ia juga menyebutkan bahwa sekitar 40 persen sampah di Pontianak telah berhasil dikelola di luar TPA melalui program TPST 3R Edelwiss Purnama. Namun, penggunaan teknologi pembangkit tenaga alternatif dari gas metan di TPA masih belum dominan.
Baca Juga: Selama Lebaran Volume Sampah Kota Pontianak Meningkat Drastis
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id