Menariknya, sebagian besar pelaku tambang bukan warga lokal, melainkan didatangkan dari luar Kabupaten Sanggau.
“Uang dan logistik mengalir lancar, karena ada sistem yang terorganisir. AS ini bukan pemain baru. Sudah lama bermain di sektor ini,” ungkap seorang sumber terpercaya.
Selain mengancam keberlangsungan ekosistem Sungai Kapuas, aktivitas PETI disebut menggunakan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam kajiannya bahkan mencatat kadar logam berat di kawasan ini meningkat hingga lebih dari 500 persen.
Sebuah sinyal merah terhadap krisis ekologis yang mengancam ribuan warga di Kalimantan Barat. (tim fakta kalbar)
Baca Juga: Inisial AS, Raja Bauksit yang Kini Diduga Kuasai Perdagangan Emas Ilegal di Kalbar
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id